Abstract:
Limbah cair merupakan cairan yang sifat fisik, kimia, atau biologinya telah diubah sebagai hasil pencampuran zat-zat tertentu yang membuatnya tidak aman untuk digunakan. Karena hal itu, limbah yang dihasilkan oleh pabrik tidak langsung di buang ke lingkungan namun harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. Salah satu zat yang terkandung dalam limbah cair adalah zat warna. Zat warna yang digunakan oleh industri biasanya merupakan zat warna sintetik berbahaya tidak seperti zat warna alami. Penggunaan zat warna sintetik dalam industri dikarenakan harganya yang murah, dan warna yang dikeluarkan lebih stabil dan tahan terhadap beberapa keadaan ekstrim. Pengolahan limbah yang mengandung zat warna dapat dilakukan secara biologis yaitu melalui proses biosorpsi. Biosorpsi merupakan suatu proses penyerapan bahan organik maupun anorganik dengan menggunakan biomasa yang hidup maupun mati. Keuntungan dari proses biosorpsi ini adalah ramah lingkungan dan murah. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari tentang pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap proses biosorpsi zat warna dengan menggunakan mikroalga Chlorella sp.
Penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu kultivasi mikroalga Chlorella sp., penentuan panjang gelombang maksimum pada zat warna, pembuatan kurva standar larutan zat warna, dan proses biosorpsi zat warna menggunakan Chlorella sp. Pada penelitian ini variasi yang digunakan adalah variasi jenis zat warna (Procion Red HE7B, Remazol Turquise Blue, dan Remazol Golden Yellow) dan variasi pH larutan (3, 5, 7, 9, dan 11). Penelitian ini akan dilakukan selama 78 jam pada temperatur ruang, pencahayaan 12 jam terang dan12 jam gelap, dan dengan kepadatan sel mikroalga sebesar 6.000.000 sel/ml. Larutan zat warna yang digunakan mempunyai konsentrasi sebesar 10 ppm. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis konsentrasi zat warna menggunakan Spektrofotometer Vis pada panjang gelombang maksimum yang menghasilkan persentase penyerapan dan analisis kepadatan sel untuk mengetahui pertumbuhan dari mikroalga dengan menggunakan haemocytometer.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh pH terhadap setiap zat warna yang digunakan berbeda-beda karena adanya perbedaan gugus yang terkandung sehingga membuat mekanisme penyerapan zat warna pada masing-masing zat warna berbeda-beda. Pada zat warna biru, persentase penyerapan zat warna terbaik terdapat pada pH 11 dengan persentase penyerapan sebesar 31,5%. Pada zat warna merah, persentase penyerapan zat warna terbaik terdapat pada pH 7 dengan persentase penyerapan sebesar 12,6%. Dan pada zat warna kuning, persentase penyerapan zat warna terbaik terdapat pada pH 7 dengan persentase penyerapan sebesar 13,9%