dc.description.abstract |
Pada saat ini, kebutuhan akan energi terus meningkat seiring bertambahnya
populasi. Salah satu penyumbang terbesar dari kebutuhan energi ini adalah transportasi.
Namun, kebutuhan energi yang terus menerus berkembang ini tidak diimbangi dengan
sumber daya energi yang terbarukan. Sebagian besar energi yang dihasilkan berasal dari
bahan bakar fosil dan batubara. Namun, penggunaan bahan bakar fosil memberikan
dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu negara-negara di dunia
mulai mencoba mengembangkan bahan bakar berbasis nabati untuk menggantikan bahan
bakar berbasis fosil. Hal ini juga dituangkan dalam kesepakatan Paris. Indonesia memiliki
potensi yang besar dalam mengembangkan bahan bakar berbasis nabati karena Indonesia
memiliki tanah yang subur dimana berbagai jenis tumbuhan dapat tumbuh dan digunakan
sebagai bahan bakar nabati. Salah satu tanaman yang berpotensi menjadi bahan bakar
nabati adalah minyak kemiri sunan. Minyak dari kemiri sunan memiliki kandungan
-eleostearat dengan tiga ikatan rangkap terkonjugasi yang cukup tinggi.
Senyawa inilah yang dapat disiklisasi dan diproses lebih lanjut sehingga didapat senyawa
aromatik dengan angka oktan tinggi.
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian: pertama, penentuan karakterisik dari
minyak kemiri sunan. Penentuan ini dilakukan melalui uji angka asam, uji angka
penyabunan, dan uji angka iodium dan bromin awal. Kedua, pembuatan katalis Cr2O3.
Ketiga, pembuatan senyawa hidroksida berupa campuran Zn(OH)2 dan Ca(OH)2 dengan
menggunakan proses kopresipitasi. Kemudian senyawa hidroksida dan katalis yang telah
dibuat digunakan dalam proses penyabunan dan siklisasi serempak. Proses ini dilakukan
dengan pemanasan selama 2 jam pada temperatur refluks untuk mencegah terjadinya
polimerisasi. Dalam penelitian ini akan digunakan pelarut yang terdiri dari campuran dietil
keton dan metil etil keton dengan rasio 1:1, dengan perbandingan minyak : pelarut 3:2
(b/b) dan jumlah katalis sebesar 0,3 gram. Selain pelarut, ditambahkan juga senyawa
dimetil sulfoksida (DMSO) yang berfungsi untuk memberikan suasana basa. Jumlah
DMSO terhadap jumlah pelarut yang digunakan dibuat yaitu 1:6 (b/b). Produk yang
diperoleh dari proses tersebut kemudian dilakukan pirolisis dengan variasi temperatur
350oC, 375oC, dan 400oC. Waktu pirolisis juga divariasikan selama 0,5 jam; 1 jam; dan 2
jam. Kemudian produk hasil pirolisis ini dianalisa secara kuantitatif dengan menggunakan
uji Bromin untuk mengukur angka bromin, sedangkan analisa kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan metode Gas Chromatography.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa waktu reaksi mempengaruhi
konversi senyawa alfa-eleostearat dimana semakin lama waktu reaksi pirolisis, semakin besar
konversi yang dihasilkan. Selain itu, pada waktu reaksi yang sama, temperatur yang lebih
tinggi menghasilkan konversi yang lebih tinggi juga. Akan tetapi semakin tinggi
temperatur reaksi, endapan karbon yang dihasilkan juga semakin besar. Hasil analisis gas
chromatography (GC) menunjukkan bahwa hasil pirolisis menghasilkan senyawa toluenedan xylene. |
en_US |