dc.description.abstract |
Gedung Sate menjadi sebuah objek arsitektur yang penting untuk diteliti, karena hingga sekarang kondisi Gedung Sate masih kokoh berdiri, dan masih cukup terawat bila dibandingkan dengan gedung-gedung kontemporer dengan fungsi publik di jaman yang sama. Penelitian akan relasi antara Gedung Sate dengan arsitektur Mughal menjadi penting, karena arsitektur Mughal menjadi arsitektur Muslim yang memiliki keunikannya sendiri, dapat terlihat dengan jelas bahwa arsitektur Mughal ini menekankan simetri dan hierarki, terkenal dengan kubah bulat, menara ramping dengan kubah di keempat sudutnya, ruang yang luas, gerbang berkubah besar dan ornamen halus . Arsitektur ini memiliki kemiripan dalam prinsip tatanannya dengan Gedung Sate. Arsitektur Candi Jawa menjadi faktor penting dalam penelitian ini, karena eksistensinya sudah lama berada sebelum Belanda datang ke Indonesia, juga banyaknya peninggalan arsitektur Hindu Jawa yang bertahan hingga sekarang (setelah melalui proses pemugaran, seperti candi).
Johan Gerber, sebagai seorang arsitek muda, di bawah pengaruh Berlage, juga dibawah pengaruh aliran arsitektur Amsterdam School, mengikuti pendapat Schoemaker bahwa sebuah produk arsitektur di Hindia Belanda harus melihat India sebagai contoh. Dengan demikian, juga didukung kebutuhan monumentalisme Gedung Sate sebagai calon pusat pemerintahan baru ibukota, maka menjadikan arsitektur Mughal sebagai referensi, didukung dengan elemen-elemen arsitektur dari candi-candi di Jawa. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui bagaimana percampuran arsitektur Mughal dan Candi Jawa dalam arsitektur Gedung Sate. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, data diperoleh dari studi literatur, pengamatan langung ke lapangan. Diperoleh kesimpulan bahwa Gedung Sate merupakan bangunan dengan arsitektur Mughal yang di-Jawa-kan. Tata massa dan sosok Gedung Sate condong ke arsitektur Dinasti Mughal, dan ornamen Gedung Sate condong ke arsitektur candi-candi di Jawa. |
en_US |