Abstract:
Toko Bangunan ADR (TB ADR) telah beroperasi sejak tahun 1997 dengan wilayah penjualan di kota Banjar, Jawa Barat, dengan fokus pemenuhan permintaan segmen pembeli adalah segmen toko bangunan lain dan segmen pelanggan non-toko (pemakai akhir). TB ADR dapat dibilang telah mencapai posisi sebagai salah satu toko bangunan dengan kedudukan ‘Menengah’, karena memiliki pelanggan toko bangunan lain maupun para pelanggan non-toko yang membeli bahan bangunan untuk kebutuhan pribadi. Kini, pola persaingan yang timbul di dalam bidang usaha toko bangunan di daerah penjualan TB ADR terdiri atas persaingan dengan para pemain lama (Toko bangunan ‘Menengah’ yang telah beroperasi sejak lama seperti TB ADR), toko-toko bangunan baru yang memiliki struktur modal yang cukup besar, toko-toko bangunan langganan yang perlahan mengalami pertumbuhan menjadi toko ‘Menengah’ seperti TB ADR, dan bentuk usaha lain yang menjual bahan bangunan sejenis. Perubahan pola persaingan menyebabkan daya saing perusahaan di tengah persaingan toko bahan bangunan yang menawarkan barang yang relatif mirip atau sama menjadi menurun. Hal ini terbukti melalui pengamatan terhadap tingkat marjin laba bersih TB ADR yang semakin menurun untuk setiap tahunnya. Harga beli yang cukup tinggi untuk beberapa kategori barang membuat TB ADR kesulitan untuk memasang harga yang kompetitif. Selain itu, perubahan pola perilaku berbelanja dari para pelanggan memaksa perusahaan untuk melakukan tindakan adaptasi terhadap perubahan yang tengah terjadi untuk mempertahankan posisinya di dalam pasar persaingan toko bangunan. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya yang dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan dalam menghadapi perubahan situasi yang sedang terjadi, dengan kondisi pendanaan yang sesuai dengan kemampuan finansial perusahaan saat ini.
Analisis Cost-Volume-Profit akan membantu TB ADR untuk menentukan seberapa besar tingkat penjualan yang harus dicapai perusahaan untuk mencapai target profit yang diharapkan. Pemahaman dari analisis Cost-Volume-Profit turut membantu perusahaan untuk menentukan titik impas atau Break-Even Point, sebagai target penjualan yang harus dicapai agar perusahaan dapat terhindar dari kerugian. Melalui metode analisis Common Size terhadap posisi dan kinerja keuangan dari perusahaan untuk tahun 2016, perusahaan dapat dilakukan terlebih dahulu untuk mengukur kemampuan finansial yang dimiliki untuk mendukung berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga ataupun meningkatkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis di mana penelitian dilakukan melalui pengumpulan dan analisis terhadap data kuantitatif seperti data keuangan perusahaan yang digunakan sebagai sumber pengolahan data penelitian.
Langkah analisis Cost-Volume-Profit dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari harga, biaya dan volume terhadap profit perusahaan, yang memerlukan pemisahan biaya semivariabel yang dikeluarkan oleh perusahaan, dalam hal ini adalah biaya listrik dan telepon, yang harus dipisahkan sehingga dapat ditemukan total biaya tetap dan biaya variabel yang sebenarnya. Untuk tahun 2016, total biaya tetap dari TB ADR adalah Rp 194.898.255,444. Sementara biaya variabel yang dikeluarkan oleh TB ADR selama tahun 2016 adalah sebesar Rp1.685.511.760,408. Analisis tingkat Break-Even Point dari TB ADR sebelum dilakukannya upaya-upaya perbaikan adalah sebesar Rp 838.812.196,23. Melalui upaya perbaikan, tingkat Break-Even Point bagi TB ADR adalah sebesar Rp748.185.754,04 , di mana titik impas tersebut lebih rendah Rp 90.626.442,19 atau turun 10,804% dari titik impas sebelum upaya-upaya tersebut dilakukan. Perubahan titik impas yang menjadi lebih rendah menunjukkan bahwa TB ADR dapat mencapai titik impas, di mana perusahaan dapat terhindar dari kerugian, secara lebih cepat setelah melakukan upaya efisiensi pembelian melalui penggantian pemasok untuk kategori barang Semen, Asbes, dan Besi Beton, serta peningkatan penjualan melalui investasi Triseda dan Truk Colt Diesel, sebagai tolak ukur kemampuan perusahaan untuk dapat memperoleh tingkat laba atau keuntungan yang lebih tinggi, sehingga perusahaan dapat menjaga tingkat pertumbuhan dan keberlangsungan perusahaan secara keseluruhan.