Abstract:
Dalam arsitektur, sangat penting menentukan bentuk ruang untuk mengakomodasi fungsi bangunan di dalamnya secara maksimal. Selain untuk estetika, elemen arsitektural dibutuhkan untuk mendukung fungsi dari ruang yang akan dibuat mencapai pengalaman ruang. Pengalaman ruang yang ditangkap oleh indra manusia, khususnya pengalaman dari segi audial dalam ruang arsitektural. Untuk mencapai kualitas akustik yang baik, diperlukan sejumlah persyaratan dengan beberapa kriteria untuk menerapkan desain yang efektif dan juga nyaman untuk pengguna ruang. Ada faktor yang menentukan parameter yang penting untuk kenyamanan audial, yaitu bentuk dan material ruang dalam. Bentuk dan material mempengaruhi persebaran energi bunyi dalam ruangan dari sumber suara sampai titik terjauh dalam suatu ruang. Bunyi adalah salah satu aspek yang mempunyai potensi memperkaya pengalaman. Teater Tertutup berada dalam Kawasan Balai Pengelolaan Taman Budaya sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Jalan Bukit Dago Selatan no. 53 A, Bandung. Pemilihan objek Teater Tertutup Dago Tea House dimana fungsinya untuk teater dikarenakan bentuk bangunan luar berbentuk tradisional dan memiliki atap Julang Ngapak. Aspek penilaian kualitas akustik dalam arsitektur ditentukan dari pelingkup ruang dalam. Denah teater ini berbentuk persegi panjang dengan dua sisi sejajar. Untuk teater yang masuk ke fungsi pidato, kejelasan suara untuk gabungan fungsi musik dengan percakapan ada dalam standar akustik ruang yang optimal. Dalam standar waktu dengung yang berlaku, seharusnya waktu dengung yang optimal untuk ruang teater yang digolongkan untuk fungsi pidato sebaiknya relatif pendek. Dikarenakan perlunya karakterisiktik ruangan yang berbeda untuk jenis penggunaan berbeda, maka tujuan penelitian ini agar gedung memenuhi syarat akustik dalam ruang yang menampung fungsi tersebut. Pada objek ini, digunakan metode evaluasi pasca huni terhadap bentuk ruang serta material dalam ruang arsitektural didalamnya, apakah sudah sesuai dengan fungsi awal perancangan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dimulai dari observasi objek studi dan wawancara dengan pihak pengelola dan pengunjung. Metode kuantitatif dari data dengan mengukur dimensi ukuran ruang dan luasan setiap elemen material pelingkup ruang, lalu pengukuran di lapangan dengan perhitungan rumus Sabine, serta menggunakan simulasi digital dengan software EASE Focus 3. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan berupa upaya pemenuhan kebutuhan akustik pada bentuk dan material ruang dalam. Diharapkan dapat menjadi pedoman atau sampel dalam mengatasi tantangan yang sama sehubungan dengan kondisi ruang akustik dengan pelingkup ruang dalam sejenis untuk mencapai hasil kondisi akustik yang baik.