dc.description.abstract |
Museum sebagai objek arsitektur dengan fungsi sarana edukasi dan rekreasi bersifat terbuka untuk umum dan harus dapat melayani masyarakat dari berbagai kalangan. Maka dari itu, perancangan museum harus dapat digunakan oleh seluruh kalangan masyarakat, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. Salah satu museum di Indonesia yang dinilai merupakan karya arsitektur yang baik adalah Museum Bank Indonesia. Museum Bank Indonesia pun menerima banyak pengunjung dari berbagai kalangan, di antaranya adalah penyandang tunanetra. Untuk mewadahi pengunjung penyandang tunanetra, Museum Bank Indonesia perlu memiliki fitur desain yang membantu mereka untuk beraktivitas, kendati keterbatasan indra penglihatan yang mereka miliki. Melalui tinjauan ini, penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana elemen fisik yang bersifat sensorik di Museum Bank Indonesia mengakomodasi orientasi dan mobilitas pengunjung penyandang tunanetra. Penelitian bersifat kualitatif dengan pembahasan deskriptif. Data yang diambil berupa data elemen fisik Museum Bank Indonesia dan data perilaku pengunjung penyandang tunanetra dalam melakukan orientasi dan mobilitas di area pamer Museum Bank Indonesia. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Kemudian data dianalisis menggunakan tabel yang menjabarkan elemen fisik dari aspek persyaratan teknis dan aspek desain sensorik, serta bagaimana elemen fisik tersebut mengakomodasi pengunjung penyandang tunanetra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen fisik sensorik di Museum Bank ada yang sudah baik dalam mengakomodasi penyandang tunanetra, karena membantu mereka dalam melakukan orientasi dan mobilitas serta menangkap informasi objek museum. Ada pula yang menghambat mereka karena secara teknis tidak memenuhi kebutuhan mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan kualitas perancangan elemen fisik sensorik agar dapat lebih baik lagi mengakomodasi pengunjung penyandang tunanetra. |
en_US |