Abstract:
Setiap manusia berhak untuk merasakan kesehatan baik secara fisik maupun psikis.
Namun berbagai tuntutan hidup menyebabkan stres, salah satu hal yang dapat
memengaruhi kesehatan manusia secara negatif, dan tidak jarang lingkungan memiliki
andil dalam menimbulkan stres tersebut. Di zaman modern dengan perkembangan yang pesat, lingkungan semakin menjadi tidak sehat. Arsitektur sebagai salah satu medium untuk menciptakan suatu lingkungan memegang peran besar dalam memelihara kondisi kesehatan manusia melalui lingkungan. Konsep healing architecture merupakan konsep yang idenya sudah lama ada namun baru dikembangkan beberapa saat setelahnya. Konsep ini merupakan gabungan beberapa teori dan filosofis tentang manusia untuk memungkinkan arsitektur berpartisipasi dalam menyembuhkan pasiennya. Secara spesifik diaplikasikan oleh Erik Asmussen, seorang arsitek Swedia yang menangani desain kompleks Rudolf Steiner Seminariet, termasuk Vidarkliniken; salah satu contoh terbaik healing architecture. Sederhananya, healing architecture adalah konsep yang dapat berkontribusi secara psikologis untuk membantu penggunanya pulih. Lingkungan yang menerapkan konsep ini diharapkan dapat membantu penggunanya untuk menemukan semangat hidup atau meningkatkan kualitas hidupnya. Arsitektur dalam konteks ini dapat menjadi mediatornya. Tujuan studi ini adalah menunjukkan bahwa konsep ini bahkan dapat diterapkan pada bangunan/lingkungan yang sudah terbangun; berguna untuk diterapkan pada banyak
lingkungan yang dianggap kurang sehat secara psikologis dengan cara mengkaji dan
mengevaluasi konsep healing architecture pada desain bangunan HanaRa Wellbeing
Center. Perlu diketahui bahwa bangunan HanaRa merupakan bangunan eksisting rumah tinggal yang sama sekali tidak didesain menurut konsep healing architecture. Konsep ini baru diterapkan setelah pihak HanaRa menempati bangunan tersebut dengan renovasi modifikasi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Caranya adalah dengan observasi langsung ke objek penelitian. Guna memperoleh data yang dibutuhkan penulis berpartisipasi secara langsung dengan mengikuti kegiatan awal bagi calon pasien baru, merekam gambar, dan melakukan wawancara dengan pemilik HanaRa, Dr. Hanson Barki. Diperoleh kesimpulan bahwa konsep healing architecture sangat mungkin untuk diterapkan bahkan pada sebuah bangunan eksisting yang telah lama terbangun. Secara keseluruhan bangunan HanaRa sudah dapat disebut sebagai lingkungan healing meskipun modifikasi yang dilakukan pihak HanaRa lebih berkonsentrasi pada perbaikan vibrasi energi lingkungan. Dari penelitian disimpulkan bahwa konsep healing architecture sangat mungkin diterapkan bahkan pada lingkungan yang telah lama terbangun namun ada berbagai hal yang harus disadari dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan saat menerapkan konsep tersebut.