dc.description.abstract |
Kondisi zaman yang semakin berkembang dengan ditandai oleh banyaknya penemuan teknologi dan penggandaan serta produksi gambar yang tidak pernah berhenti memperkuat hegemoni dari indra penglihatan manusia. Dominasi indra penglihatan (ocularcentrism) dan penekanan indra lain cenderung mendorong ke arah detasemen, isolasi, dan eksteriotitas (Pallasmaa, 2005: 19). Sedangkan untuk memahami dan menikmati arsitektur seharusnya menggunakan keseluruhan indra dan begitu pula dengan memori, imajinasi, dan mimpi dalam merasakan atmosfer ruang yang terbentuk. Kekhawatiran akan perilaku ocularcentrism yang masih ada hingga saat ini memuncul ketertarikan penulis untuk meningkatkan kembali kepekaan indrawi manusia dalam merasakan atmosfer suatu karya arsitektur serta menyadari adanya imajinasi dan memori manusia yang dapat terbangkitkan oleh elemen-elemen fisik arsitektur. Keinginan dalam menggali lebih dalam tentang pemahaman atmosfer ruang juga dipicu oleh kekaguman penulis oleh land-art gallery karya Sunaryo Soetono, bernama Wot Batu, yang memiliki suasana yang berbeda dengan galeri lain yang ada di Bandung. Tujuan studi ini adalah untuk memahami peran karakter fisik spasial dalam pembentukan atmosfer pada Galeri Wot Batu serta bagaimana atmosfer yang terbentuk pada Galeri Wot Batu. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Peneliti melakukan studi literatur terkait dengan atmosfer dalam arsitektur serta elemen-elemen pembentuknya baik berupa elemen fisik maupun non-fisik yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk menganalisis data. Lalu, data hasil analisis tersebut yang bersifat kualitatif disusun dan diuraikan secara naratif. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa karakter fisik spasial yang terdapat pada Galeri Wot Batu sangat berpengaruh pada pembentukan atmosfer ruang sehingga memengaruhi juga bangkitnya emosi dan imajinasi pengunjung yang datang ke Galeri Wot Batu yang
dipicu oleh karakter fisik Galeri Wot Batu secara progresif. Pengunjung mengalami perubahan emosi bertahap sesuai dengan sekuens yang telah terbentuk pada Galeri Wot Batu yang memiliki dua bagian dengan karakteristik yang berbeda. Galeri Wot Batu mampu memberi kesempatan bagi pengunjung merasakan perubahan emosi dari penasaran, tenang saat melewati bagian kanan Wot Batu yang dinamis dan transparan, lalu berubah menjadi sedikit gelisah saat melewati jembatan batu dan bagian kiri Wot
Batu yang sempit, padat, dan kaku, namun kembali netral pada penghujung perjalanan. Perasaan dan suasana hati pengunjung selalu dipengaruhi oleh pembentukan atmosfer ruang dari karakter fisik spasial suatu karya arsitektur. |
en_US |