dc.description.abstract |
Pada saat ini, industri kuliner berkembang pesat di dunia, khususnya di Indonesia. Salah satu industri kuliner yang juga berkembang pesat adalah industri kue kering. PT. X merupakan salah satu perusahaan industri rumahan yang bergerak dalam bidang industri kue kering. PT. X memulai usaha dengan tempat dan modal yang sangat terbatas, namun seiring berjalannya waktu PT. X terus berkembang dan memperluas lokasi perusahaan dengan membeli rumah-rumah yang berada di belakang pabrik. PT. X memproduksi berbagai macam kue kering. Kue kering tersebut dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu proses produksi kue kering secara manual, proses produksi kue kering menggunakan mesin, proses produksi kue sagu, dan proses produksi kue soes kering. Pada saat musim sibuk seperti saat menjelang Lebaran, PT. X mengalami peningkatan permintaan yang sangat pesat sehingga membutuhkan karyawan yang lebih banyak untuk membantu dalam proses produksi. Dampak dari peningkatan pesanan dan karyawan mengakibatkan kondisi pabrik menjadi sangat tidak kondusif karena seluruh bahan-bahan untuk membuat kue, kue yang telah matang, dan karyawan dalam pabrik sangat memenuhi ruangan pabrik. Selain itu, tata letak pabrik saat ini mengakibatkan sering terjadi tumbukan antar karyawan pada satu proses produksi dengan proses produksi lainnya. Dengan kondisi seperti itu, waktu yang dibutuhkan dalam memproduksi kue kering menjadi lebih lambat dan tidak efisien. Metode load distance merupakan metode yang meminimalisasi biaya material handling dengan mengalikan jarak dan beban yang ada. Masing-masing proses produksi tata letak pabrik dihitung jarak dan bebannya dan dibandingkan dengan jarak dan beban proses produksi tata letak usulan. Dengan menggunakan tata letak usulan, baik jarak tempuh maupun load distance rating tiap proses produksi menjadi lebih cepat. Untuk proses produksi kue kering secara manual jarak tempuh semula 51,8 meter dan jarak tempuh setelah tata letak usulan 50,7 meter. Sedangkan load distance rating semula 56,58 menjadi 56,1. Untuk proses produksi kue kering menggunakan mesin jarak tempuh semula 58,2 meter dan jarak tempuh setelah tata letak usulan 42 meter. Sedangkan load distance rating semula 63,26 menjadi 47,4. Untuk proses produksi kue sagu jarak tempuh semula 51 meter dan jarak tempuh setelah tata letak usulan 43,3 meter. Sedangkan load distance rating semula 56,56 menjadi 47,76. Untuk proses produksi kue soes kering jarak tempuh semula 52,9 meter dan jarak tempuh setelah tata letak usulan 33,7 meter. Sedangkan load distance rating semula 59,208 menjadi 37,065. Selain mengurangi jarak tempuh dan load distance rating, tata letak usulan juga mengurangi tumbukan yang ada. Pada tata letak pabrik, semula terdapat 24 tumbukan, namun pada tata letak usulan hanya terdapat 8 tumbukan. Dalam melakukan tata letak ulang, PT. X perlu memperhatikan efisiensi dengan melakukan pengurangan jarak tempuh dan jumlah tumbukan. Karena dengan adanya pengurangan jarak tempuh yang lebih pendek dan jumlah tumbukan yang lebih |
en_US |