Abstract:
Pewarna rambut saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Sangat disayangkan bahwa pewarna rambut yang beredar di pasar adalah pewarna rambut sintetis yang memiliki dampak negatif bagi kesehatan baik terhadap rambut maupun kulit kepala. Maka dari itu perlu dikembangkan pewarna rambut alami untuk mengurangi penggunaan pewarna rambut sintetis. Kulit buah manggis memiliki kandungan senyawa antosianin dan tanin, yang merupakan sumber pewarna. Kandungan kedua senyawa ini dapat menjadikannya alternatif sebagai pewarna rambut alami.
Pewarna rambut alami memerlukan keberadaan mordan agar dapat menempel pada rambut. Penelitian ini menggunakan mordan Ca(OH)2, MgSO4, dan FeSO4; dengan tujuan mencari profil warna yang dihasilkan dari kombinasi zat warna dengan ketiga jenis mordan tersebut serta menguji stabilitas dari warna yang dihasilkan.
Pada penelitian ini digunakan metode ekstraksi konvensional, yaitu soxhlet menggunakan pelarut metanol yang diasamkan dengan larutan HCl (15%-v/v). Ekstrak yang diperoleh mengalami pemekatan hingga diperoleh senyawa antosianin serta tanin dan merupakan bahan dasar untuk formulasi sediaan semir rambut. Pada formulasi digunakan developer berupa asam sitrat (5%-b/v); mordan divariasikan berupa Ca(OH)2, MgSO4, dan FeSO4 dengan variasi konsentrasi mordan sebesar 1,0; 1,5; dan 2,0 (%-b/v); dengan pelarut berupa air. Respon yang diamati berupa kekuatan dan stabilitas warna saat diaplikasikan pada rambut melalui proses pencucian dan penjemuran melalui pengamatan visual berdasarkan skala intensitas warna.
Ekstrak kulit buah manggis yang diperoleh memiliki kandungan antosianin sebesar 77,7325 mg/g ekstrak dan tanin sebesar 3,4697 mg/g ekstrak dengan perolehan ekstrak sebesar 27,7937 %-b/b. Formulasi sediaan semir rambut dengan mordan Ca(OH)2 pada berbagai konsentrasi tidak menunjukkan adanya perubahan skala intensitas warna pada rambut dengan warna yang dihasilkan berupa warna cokelat yang dihasilkan dari kandungan tanin. Formulasi sediaan semir rambut dengan mordan MgSO4 pada berbagai konsentrasi menunjukkan adanya perubahan skala warna pada rambut dengan warna yang dihasilkan berupa warna cokelat. Hal ini diduga karena MgSO4 merupakan garam netral yang membuat antosianin berada dalam struktur chalcone yang tidak memiliki warna. Sementara itu, formulasi sediaan semir rambut dengan mordan FeSO4 cenderung menghasilkan warna kemerahan. Hal ini diduga karena mordan FeSO4 berada dalam rentang pH asam, sehingga membuat antosianin berada dalam struktur flavylium cation yang berwarna merah. Secara umum, skala intensitas warna yang dihasilkan cenderung meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi mordan karena semakin banyak jumlah mordan maka semakin banyak ikatan kompleks yang dapat terbentuk antara mordan dan antosianin serta tanin, kecuali pada mordan Ca(OH)2. Penggunaan jenis developer asam sitrat dalam formulasi sediaan semir rambut menghasilkan warna dengan intensitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan developer asam askorbat. Proses pencucian dan penjemuran terhadap sediaan rambut menyebabkan penurunan intensitas warna pada warna rambut yang kemerahan, hal ini diduga karena adanya degradasi antosianin, sedangkan pada rambut yang berwarna kecokelatan, cenderung stabil.