dc.description.abstract |
Indonesia merupakan negara pertanian dengan konsumsi pupuk yang tinggi.
Penggunaan pupuk yang tinggi ini mempengaruhi ketahanan pangan nasional dan kondisi
lingkungan. Salah satu jenis pupuk yang banyak digunakan ialah pupuk urea. Pupuk urea
banyak digunakan karena kandungan nitrogennya paling tinggi (46 %) daripada jenis pupuk
lain. Namun, penggunaan pupuk urea dalam jangka panjang dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan. Selain itu, pada pupuk urea, penyerapan unsur nitrogen pada akar
tanaman tidak maksimal karena pupuk urea sangat mudah larut dalam air. Masalah ini dapat
diselesaikan dengan cara memperkecil kelarutan urea dalam air atau mengontrol pelepasan
nutrisinya dengan controlled release fertilizer (CRF). CRF dapat mengurangi penggunaan
pupuk berlebih yang dapat mencemari lingkungan.
Pada penelitian ini, CRF dibuat dengan proses grafting kopolimer dan enkapsulasi
dengan teknik dispersi. Teknik dispersi ini dikembangkan dengan tujuan distribusi skala industri,
agar tidak dilakukan secara manual. Pengembangkan CRF ini dilakukan dengan variasi pelarut,
variasi perlakuan, dan variasi penggunaan cetyl trimethylammonium bromide (CTAB). Larutan
emulsi yang digunakan adalah campuran span 80 dan sikloheksana; span 80, sikloheksana, dan
CTAB; span 80 dan light liquid paraffin; dan span 80, light liquid paraffin, dan CTAB. Pada
variasi tersebut diberi perlakuan dengan pembekuan atau tanpa pembekuan. Variasi pelarut
dan variasi perlakuan tidak mempengaruhi keseragaman distribusi ukuran CRF. Penggunaan
CTAB membuat ukuran CRF menjadi lebih seragam secara kualitatif dan meningkatkan
daya absorpsi air pada CRF. Pelarut sikloheksana pada teknik dispersi dapat menghasilkan
rongga yang lebih besar pada morfologi dalam CRF daripada light liquid paraffin. Pelarut
light liquid paraffin dapat berikatan dengan CTAB sehingga meningkatkan adsorpsi pada
CRF, namun menurunkan daya absorpsinya. Daya serap air CRF dengan perlarut
sikloheksana tidak menunjukkan perubahan signifikan dengan adanya variasi lainnya,
namun daya pelepasan pupuk pada pelarut sikloheksana lebih besar daripada light liquid
paraffin. Pelarut pada larutan emulsi dapat menyumbat permukaan CRF, namun dapat
diminimalisir resikonya. Pada pelarut light liquid paraffin, penggunaan CTAB dapat meningkatkan laju pelepasan pupuk, sementara pada sikloheksana proses pembekuan dapat meningkatkan laju pelepasan pupuk. |
en_US |