Abstract:
Model persediaan terintegrasi akan lebih feasible untuk diterapkan daripada
strategi individual di dalam manajemen persediaan. Hal tersebut dikarenakan tujuan
utamanya adalah meminimasi gabungan total biaya persediaan dari semua pihak yang ada
di dalam sistem. Dengan demikian hasil keputusan yang didapatkan akan memberikan
keuntungan yang optimal bagi seluruh pihak yang ada di sistem. Model persediaan
terintegrasi sudah banyak dikembangkan, namun pada saat ini masih belum ditemukan
adanya model persediaan terintegrasi yang memperhatikan batasan kapasitas modal dan
gudang secara keseluruhan. Apabila batasan tersebut tidak diperhatikan, maka dapat
menyebabkan hasil perhitungan jumlah barang yang optimal tidak dapat diterapkan karena
telah melebihi kapasitas yang ada.
Pada penelitian ini akan dikembangkan model persediaan terintegrasi yang
memperhatikan batasan kapasitas modal, kapasitas gudang, dan service level. Batasan
service level digunakan untuk mengantikan biaya stock out yang ada di dalam biaya
persediaan. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa perhitungan stock out
sulit untuk diestimasikan. Sehubungan dengan batasan yang diperhatikan merupakan
fungsi non-liniear, maka metode lagrange multiplier akan digunakan untuk penurunan
rumus. Dalam rangka untuk memastikan model yang dikembangkan dapat meminimasi
total biaya keseluruhan, maka akan dilakukan pembuktian dengan menggunakan Hessian
matriks.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin banyak batasan
yang diperhatikan dapat menyebabkan peningkatan pada total biaya keseluruhan.
Meskipun demikian, hasil perhitungan jumlah barang yang optimal dapat diterapkan karena
kapasitas yang tersedia dapat memenuhinya. Adapun juga perubahan nilai dari holding
cost, setup cost, kapasitas modal, kapasitas gudang, dan service level perlu diperhatikan
dalam menjalani strategi manajemen persediaan. Hal tersebut dikarenakan perubahannya
dapat mempengaruhi keputusan yang diambil untuk meminimasi total biaya keseluruhan.