dc.description.abstract |
Industri tekstil dan pakaian jadi yang semakin bertumbuh dan berkembang menyebabkan persaingan menjadi semakin ketat antar satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri tekstil dan pakaian jadi mengharuskan perusahaan memiliki kualitas yang lebih unggul dari perusahaan pesaingnya agar produknya lebih dapat diterima oleh pelanggan. Perusahaan juga dituntut untuk mampu mengendalikan kualitas pada setiap proses produksinya, sehingga kualitas produk yang dihasilkan selalu terjaga dan konsisten.
Perusahaan X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pakaian jadi. Perusahaan X didirikan pada tahun 2004 dan berada di wilayah kota Bandung. Perusahaan memproduksi produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Produk yang dihasilkan perusahaan berupa pakaian jadi, seperti kemeja, polo shirt, kaos, jaket, rompi, dan jas hujan. Dari data produksi perusahaan, diketahui bahwa kemeja adalah produk yang memiliki jumlah total produksi terbesar dan merupakan produk yang memiliki persentase produk gagal terbesar dalam proses produksi selama periode September 2015-Agustus 2016. Akibat adanya produk gagal kemeja tersebut, perusahaan mengalami kerugian finansial sebesar Rp 99.460.000.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif untuk mengolah jenis-jenis dan penyebab-penyebab kecacatan kemeja yang dialami oleh perusahaan dalam proses produksinya.
Dari hasil wawancara dengan kepala produksi, terdapat lima jenis kecacatan yang langsung mengakibatkan adanya produk gagal kemeja di Perusahaan X. Jenis-jenis kecacatan tersebut adalah: (1) kain berlubang, kotor, atau bergaris, (2) potongan kain yang salah, (3) hasil sablon yang tidak rata, (4) warna hasil sablon tidak sesuai spesifikasi pesanan, (5) kemeja yang sudah jadi tergunting. Produk gagal juga dapat disebabkan karena ketidaktelitian karyawan dalam memperbaiki jenis kecacatan yang seharusnya dapat diperbaiki. Jenis kecacatan tersebut adalah (1) hasil bordir yang salah atau tidak rapi, (2) hasil jahitan yang salah atau tidak rapi, (3) keadaan kancing tidak sesuai, dan (4) sisa benang yang tidak bersih. Pada saat wawancara dengan kepala produksi ditanyakan pula penyebab-penyebab kecacatan yang terjadi. Untuk membandingkan pendapat antara kepala produksi dengan karyawan produksi, kuesioner diberikan kepada karyawan produksi. Dari hasil pengolahan kuesioner ditemukan bahwa terdapat perbedaan pendapat antara kepala produksi dengan karyawan produksi mengenai penyebab terjadinya kecacatan.
Perusahaan perlu melakukan penyelarasan pandangan dengan cara mengadakan diskusi antara kepala produksi dengan karyawan produksi mengenai penyebab terjadinya kecacatan yang menyebabkan produk gagal. Hal ini dilakukan agar perusahaan mampu merencanakan tindakan pengendalian kualitas yang sesuai dengan akar penyebab kecacatan yang terjadi. Perusahaan juga dapat memberikan pelatihan yang dibutuhkan karyawan agar karyawan lebih terampil dan teliti dalam memperbaiki kecacatan yang seharusnya dapat diperbaiki. |
en_US |