Abstract:
Perubahan iklim telah menjadi isu yang sangat memprihatinkan bagi dunia,
terutama kepada negara tidak berkembang. Meskipun perubahan iklim terjadi
utamanya dari perubahan pola cuaca, dapat juga berasal dari bagaimana aktivitas
manusia dapat meningkat sebagai bahaya bagai bencana alam. Sudan Selatan,
yang mendapatkan kemerdekaannya di Afrika Timur sejak 2011, menghadapi
kesulitan dalam mengatasi isu perubahan iklim yang memperburuk setiap tahun,
hingga 2018 ketika Sudan Selatan telah melakukan perbaikan yang signifikan..
Selain dari kerentanan bagaimana Sudan Selatan terkena perubahan iklim;
kekeringan parah, bajir, degradasi lahan dan deforestasi, keberadaan konflik
antar masyarakat memperburuk masalah ini lebih jauh, menghadirkan ancaman
serius bagi individu. Walaupun sudah ada beberapa upaya yang telah dilakukan
untuk mengamankan kelangsungan hidup masyarakatnya, migrasi paksa masih
terjadi, melebihi keamanan manusia dalam negeri. Oleh karena itu, penelitian ini
berupaya untuk menganalisis bagaimana perubahan iklim memperkuat terjadinya
migrasi paksa di Sudan Selatan.
Untuk mengatasi masalah dalam penelitian ini, penulis menggunakan
konsep keamanan manusia dan migrasi paksa sebagai alat untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Ditemukan bahwa migrasi paksa terjadi oleh karena
beberapa alasan. Pertama, dampak iklim menjadi faktor pendorong melalui
terjadinya kerawanan pangan, kelangkaan air dan juga konflik perang yang
memengaruhi keamanan manusia secara langsung. Secara tidak langsung, hal ini
terjadi dari bagaimana negara-negara tetangga menawarkan kebijakannya,
kehadiran bantuan yang lebih tersedia oleh para aktor yang memiliki akses masuk
lebih mudah, dan aspirasi individu setelah beradaptasi perubahan iklim yang
terjadi. Pada akhirnya, penulis menyimpulkan bahwa keamanan manusia gagal
diterapkan di Sudan Selatan, karena migrasi paksa terjadi