Abstract:
Sejak adanya platform transportasi online di Indonesia pada tahun 2014, perusahaan yang berada di bidang taksi konvensional menjadi lesu. PT Blue Bird Tbk yang merupakan perusahaan taksi konvensional terbesar di Indonesia juga turut merasakan dampaknya. Pendapatan dan laba yang dimiliki perusahaan sempat mengalami peningkatan pada tahun 2015 dan cenderung mengalami penurunan pada tahun 2016 hingga 2018. Untuk mengatasi hal itu, Blue Bird juga sudah melakukan beberapa strategi seperti mengurangi armada dan bekerjasama dengan beberapa perusahaan startup dengan harapan dapat kembali meningkatkan perolehan pendapatan dan laba.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terhadap profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas perusahaan serta faktor – faktor selain persaingan yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan serta mengetahui apakah tindakan yang dilakukan Blue Bird dalam menghadapi persaingan dengan transportasi online sudah tepat dan memberikan dampak positif bagi kinerja keuangan perusahaan. Terdapat penelitian terdahulu oleh Ani dan Desy (2018) terhadap perhitungan rasio Blue Bird tahun 2014-2016 dan menyatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan berada dalam kondisi yang kurang baik. Sedangkan menurut Marchel, Dolina, dan Wilfred (2019) dinyatakan bahwa pada tahun 2015-2017 setelah masuknya jasa transportasi online terdapat kecenderungan penurunan pada profitabilitas, sedangkan likuiditas dan solvabilitasnya baik. Pada penelitian ini tidak hanya melakukan perhitungan terhadap rasio, melainkan terhadap keseluruhan kinerja keuangan akibat adanya jasa transportasi online dengan periode penelitian tahun 2014 hingga 2018. Penelitian dilakukan dengan melakukan analisis common size terhadap neraca dan laporan laba rugi, analisis rasio, serta analisis arus kas perusahaan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis data kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang diguankan adalah studi kepustakaan. Sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder dan berasal dari laporan tahunan PT Blue Bird Tbk tahun 2014-2018.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa platform transportasi online, terutama Go-Jek, Grab, dan Uber di Indonesia sejak tahun 2014 baru memberikan dampak terhadap kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2016. Kinerja keuangan perusahaan cenderung mengalami penurunan di tahun 2016 hingga 2018. Pada tahun 2015, kinerja keuangan perusahaan masih mengalami peningkatan yang didukung dengan peningkatan pendapatan sekitar Rp 714 miliyar dan mengalami penurunan di tahun 2016 dan 2017 sekitar Rp 578 miliyar. Pada tahun 2018 pendapatan mengalami peningkatan, namun hanya sekitar Rp 15 miliyar. Blue Bird sudah tidak hanya berfokus pada segmen taksi, tetapi juga lebih mengembangkan segmen non-taksi dan melakukan kerjasama dengan beberapa pihak, namun pendapatan yang diperoleh tidak dapat setinggi tahun 2015. Walau demikian, utang perusahaan menurun drastis sekitar Rp 1,8 triliun pada tahun 2014 hingga 2018. Analisis rasio menunjukkan bahwa perusahaan likuid dan solvable, namun profitablilitas dan aktivitas perusahaan mengalami peningkatan pada tahun 2015 dan melemah pada tahun 2016 hingga 2018. Kinerja keuangan perusahaan tidak terlalu terganggu karena arus kas dari aktivitas operasi menunjukkan angka yang positif, dan perusahaan berhasil memperoleh dana dari IPO di tahun 2014 yang mendukung tindakan investasi dan membayar utang perusahaan. Dengan demikian, penulis memberikan saran supaya perusahaan terus bekerjasama dengan perusahaan besar di bidang dompet digital untuk mengembangkan aplikasi My Blue Bird, tetap berfokus pada segmen non-taksi, serta lebih memperhatikan manajemen piutang perusahaan.