Abstract:
Sejak tahun 2012 hingga 2018, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk telah merugi selama 7
tahun berturut-turut. Padahal melihat dukungan pemerintah, peluang usaha dari program
pembangunan infrastruktur Indonesia tahun 2014 hingga 2018 di era Presiden Joko
Widodo, upaya restrukturisasi keuangan dan program investasi untuk meningkatkan daya
saing yang dilakukan Perseroan, seharusnya Perseroan mampu meraih laba. Namun
nyatanya, kerugian tidak kunjung selesai dan utang terus membengkak. Penulis menduga
restrukturisasi keuangan dan investasi yang dilakukan Perseroan tidak efektif, maka dari
itu penelitian ini dilakukan untuk melihat perkembangan dan masalah yang menyebabkan
program restrukturisasi keuangan dan investasi yang dilakukan tidak dapat meningkatkan
kinerja keuangan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai restrukturisasi keuangan dan
perkembangan kinerja keuangan Perseroan dilihat dari hasil analisis Rasio Keuangan,
analisis Common Size, dan analisis Arus Kas. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif. Pengumpulan data diambil dari Laporan Tahunan Krakatau Steel tahun
2014-2018, Prospektus Krakatau Steel tahun 2016, Public Expose Krakatau Steel tahun
2016, beserta berita- berita dari media massa.
Berdasarkan hasil penelitian, Krakatau Steel melakukan program
investasi dan restrukturisasi keuangan yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan
menyelesaikan masalah utang yang jumlahnya sangat besar. Namun, beberapa proyek
investasi untuk efisiensi biaya dan peningkatan kapasitas produksi mengalami
keterlambatan penyelesaian sehingga harga jual baja Perseroan tidak bisa bersaing dan
utang Perseroan membengkak. Selain itu, restrukturisasi keuangan dengan Right Issue,
revaluasi tanah, dan perpanjangan periode pembayaran juga tidak bisa menyelesaikan
masalah utang yang jumlahnya sangat besar. Perseroan tetap tidak sanggup membayar
utang namun terus memperoleh pinjaman dengan fasilitas pelepasan persyaratan rasio
utang. Diketahui bahwa kinerja keuangan Perseroan pada tahun 2014-2018 juga menurun
yang ditandai dengan Beban Pokok Pendapatan yang hanya turun 14%, Pendapatan Neto
yang tidak meningkat signifikan dan masih belum mampu mencapai angka pendapatan
seperti di tahun 2014, sedangkan Liabilitas naik hingga 45% dan Perseroan masih
mengalami kerugian sebesar USD77 juta. Namun, revaluasi tanah yang dilakukan
membantu memperbaiki struktur neraca dikarenakan ekuitas naik 103% dari USD885 juta
menjadi USD1,7 miliar. Pada analisis Rasio Keuangan, didapatkan hasil Rasio Likuiditas,
Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas yang buruk. Selain itu dari
analisis Arus Kas, tampak aktivitas operasi dan investasi banyak didanai oleh pinjaman
jangka panjang maupun pendek.
Dari hasil penelitian tersebut, maka penulis menyarankan Perseroan fokus
memperbaiki kinerja pada segmen baja yang merupakan kegiatan usaha utama,
menyiapkan teknis dan sumber daya manusia dengan baik agar implementasi berjalan
lancar, kembali melakukan restrukturisasi utang dan audit, dan pemerintah sebaiknya ikut
campur tangan dalam menyelesaikan masalah Perseroan.