Abstract:
Perusahaan yang bergerak pada industri makanan ringan memiliki
tujuan untuk mencapai laba yang seoptimal mungkin dengan memperhatikan kualitas
dan ketepatan waktu pengiriman. Namun, dalam menjalankan operasinya perusahaan
mengalami masalah, salah satunya yaitu keterlambatan penyelesaian pesanan yang
menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk mengejar keterlambatan
penyelesaian pesanan, sehingga menyebabkan laba perusahaan akan berkurang dan
kepuasan konsumen menjadi menurun. Oleh karena itu, pemeriksaan operasional
dibutuhkan untuk mengidentifitkasi penyebab keterlambatan penyelesaian pesanan
pada perusahaan.
Pemeriksaan operasional adalah proses mengevaluasi perusahaan
sehingga dapat meningkatkan keseluruhan aktivitas perusahaan yang efektif, efisien,
dan ekonomis dan melakukan perbaikan secara terus menerus. Aktivitas produksi
merupakan aktivitas utama pada perusahaan manufaktur yang menambah atau
menciptakan nilai guna pada suatu barang atau jasa. Aktivitas produksi yang tidak
efektif dan tidak efisien dapat menyebabkan masalah yang berujung pada
keterlambatan penyelesaian pesanan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah descriptive study.
Sumber data yang digunakan berupa data primer, yaitu hasil wawancara dan
observasi, dan data sekunder pada penelitian ini seperti rekapitulasi penjualan, SOP,
dan data penggajian karyawan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah
studi lapangan dan studi pustaka. Penelitian dilakukan pada perusahaan AKP.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, perusahaan belum
melakukan pemeriksaan operasional, namun berdasarkan pemeriksaan operasional
yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kelemahan
yang menyebabkan keterlambatan penyelesaian pesanan. Dari bulan Januari 2019
sampai dengan bulan Juni 2019, rata-rata keterlambatan penyelesaian pesanan
sebesar 64,45%. Kelemahan yang terjadi dianalisis dengan menggunakan fishbone
diagram. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa aktivitas produksi pada
perusahaan tidak efektif dan tidak efisien. Faktor-faktor yang menyebabkan
keterlambatan penyelesaian pesanan, yaitu faktor manusia sebesar 38,5%, faktor
metode sebesar 38,5%, faktor material sebesar 7,7%, faktor mesin sebesar 3,8%, dan
faktor lingkungan sebesar 11,5% terhadap keterlambatan penyelesaian pesanan,
sehingga perusahaan harus mengeluarkan biaya lembur karyawan sebesar Rp
86.826.000,00 dan kerugian yang diakibatkan karena barang setengah jadi yang cacat
selama enam bulan. Terdapat beberpa rekomendasi yang diperoleh dari pemeriksaan
operasional yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi keterlambatan
penyelesaian pesanan, seperti menerapkan sistem reward dan punishment,
melengkapi SOP perusahaan, membuat peraturan pada karyawan, melakukan
training kepada seluruh karyawan, melakukan maintenance mesin, mengatur ulang
layout pabrik, menyediakan safety stock, dan menyediakan genset. Pemeriksaan
operasional perlu dilakukan secara konsisten dan berkala oleh perusahaan agar dapat
mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada perusahaan dan perusahaan dapat
beroperasi dengan efektif dan efisien.