Abstract:
Dewasa ini, perkembangan dunia bisnis menjadi sangat pesat. Untuk itu
setiap perusahaan harus memiliki kemampuan untuk bersaing. Untuk itu, setiap perusahaan
perlu mengetahui terlebih dahulu kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, serta melihat
setiap peluang dan ancaman yang ada. Jika perusahaan mengetahui hal-hal tersebut, maka
perusahaan menjadi lebih efektif dan efisien dalam menjalankan kegiatan operasinya. PT
TBP merupakan salah satu perusahaan importir dan distributor perlengkapan kesehatan.
Bagi perusahaan distributor, persediaan merupakan hal yang penting sehingga pengelolaan
persediaan yang dimiliki harus efektif dan efisien. PT TBP memiliki pengelolaan
persediaan yang belum memadai karena adanya pembelian persediaan secara berlebih yang
menyebabkan perusahaan kehilangan pendapatan bunga. Pengelolaan persediaaan terdiri
dari perencanaan pemesanan persediaan, pembelian persediaan, penerimaan persediaan,
penyimpanan persediaan, dan pengeluaran persediaan.
Pemeriksaan operasional merupakan evaluasi atau memeriksa operasi
perusahaan apakah telah berjalan dengan efektif, efisien, dan ekonomis. Pemeriksaan
operasional dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada di perusahaan
dan hasil dari pemeriksaan operasional adalah rekomendasi untuk memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang ada.
Penelitian ini menggunakan metode descriptive study yang merupakan
metode penelitian yang mengumpulkan data yang menjelaskan suatu keadaan/situasi,
karakteristik dari suatu objek, dan kejadian yang berhubungan dengan topik penelitian.
Data yang diperlukan dikumpulkan melalui dua teknik, yaitu studi lapangan dan studi
literatur. Studi lapangan dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi.
Sedangkan studi literatur dilakukan dengan menggunakan teori-teori yang berkaitan
dengan pemeriksaan operasional dan pengelolaan persediaan.
Peneliti melakukan pengelompokan persediaan berdasarkan teori ABC
dan diambil 15 sampel, yaitu 8 sampel kelas A, 5 sampel kelas B, dan 2 sampel kelas C.
15 sampel tersebut dihitung safety stock-nya dan reorder point yang selanjutnya reorder
point tersebut dijadikan sebagai persediaan optimum. Persediaan optimum tersebut
dibandingkan dengan data stok persediaan pada akhir tahun (30 September 2019). Dari
penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa PT TBP mengalami kelebihan dalam
pembelian persediaan, untuk itu peneliti menghitung biaya investasi atas pembelian
persediaan berlebih, serta menghitung opportunity cost-nya. Untuk menghitng opportunity
cost, peneliti menghitung inventory turnover dan average age of inventory untuk
mengetahui seberapa cepat persediaan laku terjual. Setelah diketahui average age of
inventory, average age of inventory dikalikan dengan tingkat bunga dan biaya investasi
atas pembelian persediaan berlebih. Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui ada
lima temuan kelemahan utama yang dimiliki PT TBP, yaitu kebijakan dan prosedur
pelaksanaan perencanaan pembelian, pemesanan, dan pembelian persediaan belum
memadai, kebijakan dan prosedur penerimaan dan pencatatan persediaan belum memadai,
kebijakan dan prosedur pengeluaran persediaan belum memadai, pengelolaan persediaan
di gudang dan keadaan di gudang belum memadai, dan kebijakan dan prosedur penjualan
perusahaan belum memadai. Oleh karena itu, pengelolaan persediaan yang dimiliki PT
TBP belum memadai karena adanya pembelian persediaan secara berlebih sebesar Rp.
4.339.311.970 yang menyebabkan PT TBP kehilangan pendapatan bunga sebesar Rp.
582.605.192, serta adanya persediaan yang expired date-nya dekat dan tidak diketahui
bagian gudang sebesar Rp. 723.457.500. Selain itu, PT TBP tetap menerima pengembalian
barang yang sudah dibeli pelanggan dengan alasan untuk menjaga hubungan baik dengan
pelanggan yang sebenarnya cukup membawa kerugian bagi perusahaan.