Abstract:
Dunia bisnis di Indonesia semakin berkembang setiap tahunnya, para pelaku
bisnis terus berusaha untuk memiliki keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dalam dunia
persaingan yang semakin ketat. PT GEE SAN merupakan perusahaan manufaktur yang
bergerak dalam bidang industri geotextile dan nonwoven fabric. Pada aktivitas produksi
perusahaan masih terdapat masalah kecacatan produk sehingga perusahaan harus menanggung
kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan operasional pada
aktivitas produksi perusahaan.
Pemeriksaan operasional adalah kegiatan mengevaluasi efektivitas dan
efisiensi dari prosedur serta metode operasi perusahaan. Saat pemeriksaan operasional selesai,
manajemen biasanya mengharapkan rekomendasi untuk memperbagus kegiatan operasinya.
Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasi input dengan menggunakan
sumber daya menjadi output berupa barang dan jasa. Maka dari itu pemeriksaan operasional
yang dilakukan pada proses produksi dimulai dari menganalisis bahan baku yang digunakan,
proses yang berlangsung dalam memproduksi barang dan produk yang dihasilkan dari
kegiatan produksi.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian descriptive study.
Sumber data yang digunakan adalah data primer atau data yang diperoleh dan diolah langsung
oleh peneliti, dan data sekunder atau data yang sudah diolah oleh pihak lain dalam kasus ini
data sekunder adalah data yang dimiliki perusahaan seperti profil perusahaan, kebijakan dan
prosedur proses produksi, jumlah produksi dan kecacatan produk selama enam bulan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu studi lapangan dengan cara wawancara dan observasi,
lalu studi pustaka dengan cara mengumpulkan dasar teori mengenai pemeriksaan operasional,
proses produksi, produk cacat, serta cause-effect diagram. Data yang diperoleh dianalisis
untuk mengetahui permasalahan dan faktor penyebab kecacatan produk serta menghitung
besar kerugian yang ditanggung oleh perusahaan.
Berdasarkan pemeriksaan operasional ditemukan bahwa dari kelima jenis
produk yang dipilih sebagai sample berdasarkan jenis produk yang paling banyak diproduksi
oleh perusahaan pada periode Mei 2019 sampai Oktober 2019 terdapat produk cacat sebesar
475 roll dari total produksi 13.351 roll dengan persentase kecacatan yang terjadi adalah 3,56%.
Sedangkan faktor-faktor penyebab kecacatan produk yang terjadi adalah faktor method sebesar
35% seluruhnya bersifat controllable, faktor manpower sebesar 25% seluruhnya bersifat
controllable, faktor machine sebesar 10% seluruhnya bersifat uncontrollable, faktor material
30% seluruhnya bersifat uncontrollable. Kecacatan produk yang terjadi menyebabkan
perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk me-rework produk cacat yang masih
dapat diperbaiki sebesar Rp.34.181.459, dan juga harus menanggung kerugian bersih dari
produk cacat yang tidak dapat diperbaiki sebesar Rp.771.715.961 (Total kerugian produk cacat
yang tidak dapat diperbaiki Rp.769.169.210 ditambah biaya tambahan untuk mendaur ulang
produk cacat Rp.2.546.751). Sehingga seluruh dampak yang ditimbulkan dari kecacatan
produk adalah sebesar Rp.805.924.420. Terdapat rekomendasi yang dihasilkan dari
pemeriksaan operasional ini yaitu menambah kebijakan terkait cuti, pemeriksaan bahan baku,
pencampuran bahan baku, training, membuat dokumen move ticket, menambah sanksi baru
untuk karyawan bagian quality control, mencari tahu tempat penjualan spare parts baru,
mengalokasikan pembelian bahan baku dari supplier lokal ke supplier luar negeri, melakukan
pemeriksaan operasional secara rutin setiap tahun.