Abstract:
Dealer Luxor Bandung merupakan sebuah retailer yang menjual produk suplemen kesehatan. Dealer memesan barang ke supplier tunggal yang terletak di Jakarta. Saat ini, dealer melakukan pemesanan menggunakan intuisi. Pengecekkan stok hanya dilakukan ketika ada konsumen yang akan membeli suatu produk. Jika stok habis, maka dealer baru melakukan pemesanan. Jumlah pemesanan juga hanya disesuaikan dengan permintaan periode sebelumnya. Hal ini menyebabkan sering terjadi stockout. Stockout yang lebih sering terjadi adalah backorder. Ketika terjadi backorder, dealer mengalami kerugian berupa keuntungan yang tertunda. Selain itu, dealer harus melakukan pemesanan khusus untuk memenuhi permintaan tersebut sehingga akan muncul biaya pemesanan.
Berdasarkan masalah tersebut, dealer memerlukan sistem persediaan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya masalah-masalah tersebut. Sistem persediaan barang yang digunakan adalah dengan metode Periodic Review System dan Joint Order. Penelitian dilakukan pada 17 jenis produk yang dijual oleh Dealer Luxor Bandung yang dipasok dari satu supplier yang sama. Metode ini menghasilkan usulan berupa interval pemesanan dan tingkat persediaan maksimum untuk masing-masing jenis produk, yang meminimasi total biaya persediaan. Jumlah pemesanan ditentukan dari selisih tingkat persediaan maksimum dengan tingkat persediaan ketika pemesanan dilakukan. Karena ke-17 jenis produk berasal dari supplier yang sama, maka pemesanan dapat dilakukan dengan joint order. Namun terdapat 2 jenis produk yang dipesan secara individual yaitu SG05 dan LM018. Pemesanan secara joint order akan dilakukan pada 6 kelompok produk. Total cost untuk keenam kelompok produk joint order dan 2 produk yang dipesan secara individual adalah Rp3.951.614,64 per tahun.
Untuk mengetahui performansi sistem usulan, dilakukan simulasi penerapan kebijakan usulan pada data bulan Juli 2018 - Desember 2018. Dari hasil penerapan tersebut, sistem usulan menghasilkan penghematan sebesar Rp4.972.623,68 atau sebesar 69,76%.