Abstract:
Bioskop Dian merupakan bangunan hiburan berupa bioskop yang dibangun pada tahun 1930 dengan nama Radio City pada zaman itu. Berlokasi di Jalan Dalem Kaum no. 58, Bandung, Bioskop Dian ini menjadi satu-satunya bangunan bioskop yang tersisa di kawasan Alun – alun dan dijadikan sebagai Bangunan Cagar Budaya Golongan A di Kota Bandung. Pada mulanya, Bioskop Dian ini sempat mengalami masa kejayaannya dengan menayangkan berbagai film luar negeri maupun lokal, hingga pada akhirnya tergantikan dengan konsep bioskop baru yang lebih modern sehingga membuat pengunjung Bioskop Dian ini berkurang dan pada akhirnya tutup. Peralihan fungsi pun terus dilakukan seperti dijadikan tempat olahraga bilyar, tempat berjualan pakaian, kantor sewa, tempat olahraga futsal, hingga saat ini Bioskop Dian mengalami kekosongan fungsi. Kekosongan ini membuat kondisi bangunan menjadi tidak terawat dan terpelihara. Padahal, pemanfaatan bangunan dengan cara yang tepat dapat menyelamatkan bangunan ini dan memberi dampak positif terhadap lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dilakukan usulan penerapan fungsi baru yang biasa disebut dengan istilah adaptive reuse sebagai salah satu tindakan konservasi terhadap bangunan cagar budaya untuk mempertahankan sejarah dan eksistensinya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisa dan evaluasi kualitatif, yaitu dengan menggambarkan kondisi eksisting bangunan. Setelah itu dilakukan kajian terhadap kebutuhan kawasan sesuai dengan regulasi Kota Bandung, teori konservasi, analisis kawasan dan bangunan, serta contoh keberhasilan penerapan adaptive reuse di Indonesia. Hasil dari penelitian ini menghasilkan sebuah fungsi baru yaitu Sanggar Seni dan Galeri Pertunjukkan yang dinilai dapat diaplikasikan pada bangunan Bioskop Dian. Fungsi tersebut dipilih berdasarkan serangkaian hasil analisis seperti lokasi, nilai sejarah, karakteristik bangunan, kebutuhan ruang, hingga potensi dan kendala pada bangunan dan kawasan. Adanya fungsi baru pada bangunan tersebut diharapkan dapat membangkitkan aktivitas sosial serta memori sejarah lama yang mulai pudar, meningkatkan wawasan masyarakat, menjadi destinasi wisata hiburan serta edukasi, dan dapat turut serta memelihara, melindungi, dan memanfaatkan eksistensi Bangunan Cagar Budaya Golongan A di Kota Bandung.