dc.description.abstract |
Bersamaan dengan meningkatnya intensitas diplomasi ekonomi Tiongkok ke seluruh dunia, kekhawatiran akan aksi predatoris oleh salah satu negara paling berpengaruh di konstelasi politik ekonomi global ini semakin memuncak. Sri Lanka yang terbelit hutang besar karena biaya tinggi mega proyek tak menguntungkan menjadi contoh kasus yang paling sering dirujuk untuk menjatuhkan tuduhan pada Sang Great Power ini. Akan tetapi, bertentangan dengan pandangan yang banyak beredar, representatif resmi dari kedua negara menyangkal dilaksanakannya praktik tersebut dan kerap kali menegaskan eratnya hubungan Sino-Sri Lanka serta keuntungan yang dirasakan bersama. Perdebatan merugikan-menguntungkan ini kemudian memunculkan pertanyaan sebenarnya “bagaimana praktik great power style Tiongkok dalam diplomasi ekonomi terhadap Sri Lanka era Xi Jinping?”.
Menggunakan metode penelitian kualitatif dalam riset yang berlandaskan pada konsep benign hegemon, ditemukan bahwa praktik great power style Tiongkok dalam diplomasi ekonominya terhadap Sri Lanka di era Xi Jinping mengarah ke praktik benign hegemon yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Tindakan ini dilakukan melalui kerja sama di bidang investasi, perdagangan, finansial, dan dana bantuan (aid). Sejalan dengan pernyataan ini, maka, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan praktik great power style Tiongkok dalam diplomasi ekonominya terhadap Sri Lanka era Xi Jinping yang menerapkan karakteristik benign hegemon tersebut.
Pada implementasinya, ditemukan bahwa karakteristik benign hegemon seperti adanya kerja sama antara pemimpin hegemon dan negara lainnya yang menguntungkan kedua sisi meski ada kemungkinan keuntungan Sang Hegemon lebih sedikit, penyediaan ‘barang publik’ demi kepentingan bersama, dan kepemilikan kapasitas pasar domestik yang besar hadir di tiap bidang kerja sama. Sebaliknya, karakteristik seperti mengimpor produk luar negeri melalui kesepakatan dagang, memberikan pinjaman, dan memberikan dana bantuan hanya muncul pada bidang kerja sama spesifik yang relevan. Sebagai tambahan, ditemukan bahwa tindakan diplomasi ekonomi Tiongkok terhadap Sri Lanka yang menerapkan karakteristik benign hegemon paling banyak terlihat di bidang kerja sama investasi. |
en_US |