dc.description.abstract |
Ketimpangan pembangunan wilayah di Kabupaten Bandung masih menjadi masalah yang belum dapat terpecahkan. Ketimpangan tersebut terjadi salah satunya karena pemusatan penduduk. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pusat pertumbuhan di Kabupaten Bandung sebagai strategi memecahkan permasalahan pembangunan daerah. Analisis data menggunakan analisis skalogram dengan menghitung jumlah fasilitas di tiap kecamatan dan analisis gravitasi untuk melihat interaksi antara pusat pertumbuhan dengan kecamatan hinterland. Hasil analisis skalogram menunjukkan, terdapat 7 (tujuh) pusat pertumbuhan di Kabupaten Bandung. Pusat pertumbuhan tersebut diantaranya Kecamatan Soreang, Kecamatan Majalaya, Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Baleendah, Kecamatan Ciparay, Kecamatan Cileunyi, dan Kecamatan Rancaekek. Hasil analisis gravitasi, setiap pusat pertumbuhan memiliki interaksi yang berbeda dengan daerah sekitarnya (hinterland). Hubungan yang paling erat terjadi di antara Kecamatan Baleendah dengan Kecamatan Bojongsoang. Selain itu, hasil analisis gravitasi memperlihatkan adanya interaksi yang kuat antara daerah pusat pertumbuhan dengan hinterland yang juga berperan sebagai pusat pertumbuhan. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan central place theory, hierarki perkotaan dibagi ke dalam tiga bagian yaitu pusat, sub pusat 1 dan sub pusat 2. Pusat adalah wilayah yang selain memiliki fasilitas yang lengkap, juga berperan sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan barang dan jasa. Dalam hal ini, kecamatan yang berperan sebagai pusat yaitu Kecamatan Soreang. Sub pusat 1 adalah daerah yang mempunyai fasilitas yang lengkap dan melayani daerah sekitarnya yaitu Kecamatan Majalaya dan Kecamatan Pangalengan. Sub pusat 2 adalah daerah sekitar pusat dan sub pusat 1. |
en_US |