Abstract:
Setiap pemilih memiliki hak dalam menentukan pilihan dalam pemilihan presiden. Namun,
terdapat banyak pemilih yang mudah terpengaruhi oleh partai. Oleh karena itu, pada masa
kampanye partai akan melakukan berbagai cara untuk mempengaruhi pemilih yang masih
belum memutuskan pilihannya. Namun beberapa orang memilih berdasarkan motivasi diri,
contohnya nilai agama, nilai budaya, status sosio-ekonomi, dan lain-lain. Skripsi ini akan
membahas dinamika populasi pemilih untuk dua partai politik di pemilihan presiden dengan
menganalisis bagaimana interaksi antar populasi dan motivasi diri dapat mempengaruhi pemilih
untuk memutuskan partai mana yang akan dipilih. Model dinamika pemilih akan dibagi ke
dalam banyak kasus. Model tersebut menggambarkan perpindahan antar pemilih dalam berbagai
kompartemen berdasarkan ketertarikan politik terhadap dua partai. Tingkat ketertarikan politik
yang digunakan berupa apatis, semifanatik, dan fanatik. Model yang digunakan melibatkan
dua koalisi, sehingga model dapat digunakan dalam kasus di berbagai negara. Kemudian
model diaplikasikan ke dalam kasus pemilihan presiden di Amerika Serikat. Dari seluruh kasus
diperoleh 18 titik kesetimbangan. Berdasarkan analisis kestabilan dan syaratnya terdapat 9 titik
kesetimbangan yang stabil dengan kondisi tertentu dan 2 titik kesetimbangan yang tidak stabil,
sedangkan 7 titik kesetimbangan lainnya diperlihatkan melalui simulasi numerik. Hasil simulasi
numerik menunjukkan bahwa pengaruh interaksi dan motivasi diri memiliki peran yang sangat
penting dalam dinamika pemilih untuk dua partai politik di pemilihan presiden.