Abstract:
Berkembangnya setiap perusahaan dalam menghasilkan suatu produk menjadikan persaingan antar dunia usaha menjadi semakin ketat dan kompetitif. Produk yang ditawarkan di pasaran menjadi sangat beragam. Kondisi seperti ini menjadi tantangan bagi perusahaan agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Pada praktiknya, produk cacat kerap kali ditemukan sehingga diperlukan biaya tambahan untuk pengerjaan ulang. Penerapan Six Sigma pun menjadi salah satu cara yang ditempuh oleh beberapa perusahaan untuk mengatasi kecacatan produk tersebut.
Pemeriksaan operasional adalah proses evaluasi terhadap operasi perusahaan agar diperoleh area yang bermasalah sehingga dihasilkan rekomendasi berupa tindakan
perbaikan. Proses produksi menjadi kegiatan yang paling esensial dalam perusahaan
manufaktur. Terjadinya spoilage, rework, dan scrap menjadi suatu tanda proses produksi yang tidak efektif, efisien, dan ekonomis. Six Sigma merupakan suatu metode yang berfokus dalam melakukan peningkatan kualitas sehingga dapat mencapai tingkat kegagalan nol (zero defect).
Pada penelitian ini, digunakan metode studi deskriptif. Penelitian ini juga membutuhkan beberapa data yaitu data primer dan sekunder dengan melakukan teknik
pengumpulan data yang berupa studi lapangan berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi, serta studi literatur. Data yang telah diperoleh pada penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini menggunakan objek yaitu PT Eksonindo Multi Product Industry.
Setelah dilakukan penelitian selesai dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kebijakan perusahaan mengenai batas kecacatan produk yaitu sebesar 0,4% dan prosedur proses produksi yang dimiliki perusahaan yaitu berkaitan dengan alur dalam melangsungkan
kegiatan produksi mencakup proses penerimaan material oleh pihak storage, pendistribusian material kepada pihak produksi, proses persiapan cutting, proses cutting, proses modular, proses sewing, proses finishing, dan packing. Di samping itu kecacatan produk masih terjadi yaitu sebesar 3,38% pada bulan Oktober 2018, 2,49% pada bulan November 2018, 2,27% pada bulan Desember 2018, 1,81% pada bulan Januari 2019, 0,99% pada bulan Februari 2019, dan 0,78% pada bulan Maret 2019. Atas kecacatan produk yang terjadi mengharuskan perusahaan untuk melakukan perbaikan ulang dengan biaya tambahan sebesar Rp. 36.195.456,- pada bulan Oktober 2018, Rp. 21.268.563,- pada bulan November 2018, Rp. 23.993.905,- pada bulan Desember 2018, Rp. 17.372.263,- pada bulan Januari 2019, Rp. 12.564.988,- pada bulan Februari 2019, dan Rp. 6.490.324,- pada bulan Maret 2019. Faktor penyebab terjadinya kecacatan produk pada PT Eksonindo Multi Product Industry adalah material, methode, machine, dan manpower. Pada bulan Oktober hingga Desember 2018 rata-rata tingkat kecacatan produk yaitu sebesar 2,71%. Setelah penerapan Six Sigma, bulan Januari hingga Maret 2019 rata-rata tingkat kecacatan produk yaitu sebesar 1,19%. Walaupun penurunan
tingkat kecacatan produk tersebut belum mencapai target perusahaan, akan tetapi dapat dikatakan signifikan. Hal ini dikarenakan perusahaan mengalami penurunan tingkat kecacatan produk sebesar 56%. Dengan demikian, penelitian ini berguna untuk mengevaluasi proses produksi perusahaan yang terdapat kecacatan produk dan memberikan rekomendasi terkait temuan-temuan yang telah diperoleh.