Abstract:
Perkembangan ekonomi dan kemajuan teknologi di era globalisasi telah
meningkatkan persaingan di berbagai aspek, termasuk di bidang bisnis. Hal ini mendorong
entitas-entitas bisnis untuk meningkatkan kualitas produk dengan harga jual yang kompetitif
agar dapat mempertahankan eksistensinya di pasar. Harga jual yang kompetitif dapat
diperoleh melalui perhitungan biaya yang tepat sehingga perusahaan dapat membuat
keputusan manajemen secara tepat pula. Namun, masih banyak perusahaan yang belum
menyadari pentingnya memperhitungkan biaya yang terjadi, terutama biaya tidak langsung.
Berangkat dari pemikiran tersebut, penulis melakukan penelitian di Sarikaso
Catering yang selama ini hanya memperhitungkan biaya-biaya langsung saja. Penelitian ini
bertujuan menunjukkan pentingnya memperhitungkan biaya-biaya tidak langsung ke dalam
perhitungan total biaya. Agar perhitungan total biaya menjadi akurat, penulis memilih
metode Job Order Costing dengan Activity-Based Costing untuk melakukan perhitungan
total biaya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis yang
bertujuan untuk menggambarkan keadaan perusahaan berdasarkan fakta melalui
pengumpulan data atau informasi terkait biaya dari setiap project, aktivitas yang terjadi di
Sarikaso Catering, dan cara Sarikaso Catering melakukan perhitungan biaya. Data-data
biaya yang diperoleh kemudian diklasifikasikan ke dalam biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Dengan menggunakan metode Job Order Costing dengan Activity-Based Costing,
penulis mencari pemacu biaya dari masing-masing aktivitas yang terjadi di Sarikaso
Catering dan selanjutnya pemacu-pemacu biaya tersebut digunakan untuk menentukan tarif
dari masing-masing aktivitas. Kemudian, tarif yang ditentukan digunakan untuk menentukan
total biaya suatu project berdasarkan jumlah penggunaannya.
Dari penelitian yang dilakukan, dapat dilihat bahwa ketiga project di Sarikaso
Catering yang menjadi sampel penelitian mengalami undercosted, di mana biaya yang
diperhitungkan oleh perusahaan lebih rendah daripada biaya yang sebenarnya terjadi. Project
2104 mengalami undercosted sebesar Rp 7.202.258, Project 0505 mengalami undercosted
sebesar Rp 9.238.491, dan Project 0505 mengalami undercosted sebesar Rp 11.455.380.
Dengan adanya undercosted, maka harga jual yang ditetapkan oleh Sarikaso Catering selama
ini menjadi tidak tepat. Hal ini dapat menyebabkan perhitungan laba yang selama ini
dilakukan oleh Sarikaso Catering menjadi tidak tepat pula. Laba Project 2104 yang dihitung
oleh Sarikaso Catering adalah sebesar Rp, 5.366.132, sedangkan Sarikaso Catering
sebenarnya mengalami kerugian sebesar Rp 1.836.126 pada Project 2014. Laba Project 0505
yang dihitung oleh Sarikaso Catering adalah sebesar Rp 22.546.212, sedangkan laba yang
sebenarnya diperoleh Sarikaso Catering dari Project 0505 adalah Rp 13.307.721. Laba
Project 2010 yang dihitung oleh Sarikaso Catering adalah sebesar Rp 35.099.146,
sedangkan laba yang sebenarnya diperoleh Sarikaso Catering dari Project 2010 adalah Rp
23.643.766. Maka dari itu, penulis menyarankan perusahaan untuk menggunakan Job Order
Costing dengan Activity-Based Costing dalam melakukan perhitungan biaya.