Abstract:
Penjadwalan konstruksi merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah proyek konstruksi. Melalui penjadwalan, proyek konstruksi dapat diatur dan dikendalikan sedemikian rupa sehingga menghasilkan triple constraint secara maksimal yakni biaya, waktu, dan lingkup kerja. Obyek penjadwalan bukan hanya mengenai pekerjaan itu sendiri, namun juga menyangkut distribusi tenaga kerja. Resource levelling merupakan salah satu upaya agar pendistribusian tenaga kerja tadi menjadi lebih merata dan menghindari fluktuasi tenaga kerja. Dalam kaitannya dengan proses resource levelling tersebut, tenaga kerja dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menghasilkan distribusi paling efektif dengan beberapa metode dan dengan bantuan berbagai macam aplikasi. Penelitian ini membahas mengenai dua buah metode yang diterapkan dalam hal resource levelling ini untuk dibandingkan yaitu metode Burgess dan metode konvensional dengan bantuan aplikasi Microsoft Project. Melalui kedua metode tersebut, dapat ditentukan metode mana yang lebih efektif melalui distribusi tenaga kerjanya yang digambarkan dalam kurva tertentu. Selain itu, jumlah tenaga kerja yang bersifat overallocated juga menjadi parameter penilaian dari perbandingan kedua metode tersebut. Berdasarkan analisis data dan perbandingan kedua metode tersebut, maka didapatkan hasil berupa jumlah tenaga kerja overallocated setelah resource levelling pada metode Burgess cenderung banyak dibanding pada Microsoft Project yang tidak ada jumlah tenaga yang overallocated sama sekali. Kemudian, berdasarkan kurva tenaga kerja hasil penjadwalan juga menunjukkan fluktuasi resource levelling pada metode Burgess lebih baik dibanding pada Microsoft Project namun berbanding terbalik dalam hal kurva yang dilihat dari segi tingkat kehalusannya.