Abstract:
Penelitian ini membahas mengenai perubahan orientasi kebijakan luar negeri Perancis ke Suriah pasca peristiwa teror Paris Attack 2015. Perubahan orientasi yang dimaksud ialah dari oposisi ke isolasionis. Meski demikian, penelitian ini menemukan fakta bahwa implementasi perubahan orientasi tersebut tidak konsisten. Hal ini terbukti dengan sikap anti-Assad yang kembali ditunjukkan Perancis setelah penyerangan Aleppo di tahun 2016 yang dilakukan oleh rezim Suriah dan Rusia. Perancis kembali mengecam tindakan tersebut, sehingga menunjukkan adanya perubahan orientasi kebijakan luar negeri ke Suriah kembali, yakni dari isolasionis menjadi oposisi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab inkonsistensi pengimplementasian perubahan orientasi kebijakan luar negeri Perancis ke Suriah pasca Paris Attack 2015.
Untuk menjawab permasalahan ini, penulis menggunakan teori peran yang dicanangkan oleh K.J. Holsti. Sejumlah konsep dan teori lain yang melengkapi proses analisis juga akan digunakan dalam penelitian ini. Pada akhirnya, penyebab dari inkonsistensi impementasi perubahan orientasi politik luar negeri Perancis pasca Paris Attack 2015 disebabkan oleh konsep peran nasional Perancis sebagai balancer di Suriah. Sebagai kekuatan besar, Perancis dapat berkontribusi untuk melawan rezim Suriah sehingga mampu menciptakan keseimbangan dalam perang sipil Suriah. Oleh sebab itu, setelah serangan Aleppo pada tahun 2016, Perancis mengubah orientasi kebijakan luar negerinya ke Suriah dari isolasionis menjadi oposisi guna mendukung kaum pemberontak dalam melawan kekuasaan rezim Suriah.