Abstract:
Tingginya risiko gempa di beberapa wilayah di Indonesia mengakibatkan perlunya inovasi sistem struktur untuk mengurangi simpangan lateral akibat beban gempa pada bangunan tinggi. Salah satu inovasi sistem struktur untuk mengurangi simpangan lateral adalah dengan menggunakan sistem outrigger dan belt truss. Penelitian-penelitian tentang perilaku gedung dengan sistem outrigger dan belt truss sudah banyak dilakukan namun terbatas pada bangunan tinggi yang beraturan.
Penelitian pada skripsi ini dilakukan dengan memodelkan struktur bangunan beton bertulang tiga puluh lantai dengan variasi bentuk denah tipikal L dan T. Analisis menggunakan analisis respons spektrum dengan bantuan perangkat lunak ETABS 2016. Setiap variasi denah terdiri dari tiga model. Model pertama merupakan model tanpa rangka outrigger dan belt truss, model kedua: rangka outrigger dan belt truss baja yang dipasang pada lantai 10, 11, 20, dan 21, dan model ketiga pada lantai 14, 15, 26, dan 27. Selain itu pada seluruh model juga dipasang sistem penahan beban lateral utama (core) berupa braced frame baja. Bangunan diasumsikan berada di Kota Bandung dengan kelas situs tanah sedang (SD). Dari hasil analisis disimpulkan bahwa model kedua merupakan model yang optimal dengan pengurangan simpangan lateral hingga 54,3%, pengurangan gaya dalam momen untuk balok hingga 50,1% dan geser untuk kolom hingga 19,4%.