Abstract:
Kegagalan dalam memahami dan mengantisipasi kondisi-kondisi ketidakpastian yang berpotensi menimbulkan risiko dapat menyebabkan tidak tercapainya sasaran proyek konstruksi dengan tepat waktu, biaya optimal, dan dengan kualitas yang sesuai dengan konsep serta spesifikasi proyek properti yang diinginkan. Risiko tentu saja tidak dapat dihindari sepenuhnya. Akan tetapi dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi, pemahaman dan tindakan pencegahan risiko menjadi sangat penting sehingga tercipta sistem manajemen risiko. Program manajemen riisiko ini mencakup tugas-tugas mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi, menganalisis, mengukur, dan menentukan besarnya risiko tersebut kemudian mencari beberapa alternatif untuk menghadapi atau menanggulangi risiko.Secara garis besar, pengembangan properti bersifat sangat berisiko, dengan potensi kecelakaan kerja yang tinggi, memerlukan waktu pengerjaan yang cukup lama, dan pengembalian modal yang lambat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis faktorfaktor risiko pengembang properti sebagai salah satu aspek penting yang menentukan kelancaran proyek konstruksi.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah Analisis Resiko Kualitatif dengan menggunakan standar pengukuran AS/NSZ 4360:2004. Metode ini didukung dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengukuran. Klasifikasi faktor risiko terdiri dari dua kategori, controllable risk yang terdiri dari 14 faktor risiko dan uncontrollable risk yang terdiri dari 6 faktor risiko. Hasil penelitian yaitu 1) Berdasarkan data kuisioner yang telah dianalisis dengan metode analisis RII maka didapatkan masing-masing 4 faktor risiko dominan pengembang properti untuk tiap responden yaitu PT. Jakarta Land dan PT. Intiland. Faktor risiko yang paling dominan menurut PT. Jakarta Land yaitu masalah teknis, polusi, penundaan pekerjaan serta peningkatan biaya. Sedangkan faktor risiko yang paling dominan menurut PT. Intiland yaitu perubahan demand dan supply, kesalahan branding dan gambar, masalah teknis, dan peningkatan biaya. 2) Perbedaan faktor risiko yang didapatkan dari peneltian ini dengan penelitian terdahulu adalah lingkungan, harga lahan, syarat akuisisi, kebijakan pemerintah, persaingan pengembang, sumber daya manusia yang kurang ahli, dan lokasi.