dc.description.abstract |
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian dari skripsi ini, yaitu ―Apa saja faktor yang mendorong Inggris untuk melakukan intervensi kemanusiaan terkait perang saudara di Sierra Leone?‖ Pertanyaan tersebut dijawab menggunakan teori English School, yang didukung dengan foreign policy analysis, serta konsep responsibility to protect (R2P). Intervensi kemanusiaan merupakan salah satu upaya penyelesaian konflik internal yang kerap dilakukan oleh berbagai aktor. Salah satu kasus konflik internal yang disertai oleh intervensi kemanusiaan adalah perang saudara di Sierra Leone.
Keterlibatan Inggris dalam konflik di Sierra Leone merupakan sebuah bentuk intervensi kemanusiaan. Inggris memutuskan untuk melakukan intervensi setelah Revolutionary United Front (RUF) menyandera 500 orang pada tahun 2000. Upaya intervensi tersebut kemudian dinamakan Operasi Palliser. Keputusan untuk melakukan intervensi merupakan hasil perhitungan atas faktor internal (determinan domestik) dan eksternal (determinan internasional) yang terjadi pada saat itu. Determinan domestik mencakup moderately stable determinants seperti budaya politik, dinamika politik serta unstable determinants seperti isu-isu yang mempengaruhi sikap negara. Lalu, terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi negara melakukan supportive actions, serta neutral actions sebagai respon atas situasi internasional yang dialami.
Selain itu, keputusan Inggris juga dipengaruhi oleh tanggung jawab nasional, internasional, dan kemanusiaan. Atas beberapa tanggung jawab tersebut, Inggris harus memperhatikan kerangka R2P sebagai kerangka yang telah disetujui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam melakukan intervensi kemanusiaan. Selain merujuk pada R2P, keberhasilan Inggris melakukan intervensi terlihat dari persepsi warga Sierra Leone yang menganggap Inggris sebagai penyelamat mereka hingga akhirnya Tony Blair mendapat gelar pelopor perdamaian oleh suku Mahera, Sierra Leone. |
en_US |