Abstract:
Penelitian ini menganalisis respon negara-negara anggota Uni Eropa yang berbeda terhadap krisis pengungsi 2015-2016 yang mengakibatkan Uni Eropa untuk mengubah kebijakannya. Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif, serta analisis deskriptif untuk hasil penelitian yang komprehensif. Three Stage Framework of International Negotiation dari Andrew Moravcsik dan Frank Schimmelfennig digunakan untuk menjelaskan sikap pemerintah yang berbeda yang mengarah pada hasil keputusan kebijakan Uni Eropa untuk mengeksternalkan beban.
Pada stage pertama, setiap negara anggota ditentukan preferensinya yang berbeda dengan menganalisis tanggapan mereka atas quota relocation scheme dan resettlement dari Turki. Sebagian alasan di balik tindakan itu berasal dari kondisi sosial-ekonomi negara. Stage selanjutnya adalah untuk menganalisis kekuatan tawar yang berbeda dari masing-masing negara anggota. Negara-negara yang menentang untuk menampung para pengungsi pada umumnya memiliki kekuatan tawar yang lebih besar atas negara-negara yang menerima aplikasi suaka terbanyak. Pada stage ketiga, European Commission sebagai lembaga supranasional Uni Eropa mengusulkan solusi untuk menandai kesepakatan dengan Turki, sebagai transit utama pengungsi yang mengalir ke Yunani. Dengan tingginya jumlah permohonan suaka di beberapa negara dan keengganan untuk menerima pengungsi, pilihan yang dipilih adalah untuk membuka kesepakatan dengan negara-negara ketiga di luar Uni Eropa untuk menghentikan krisis di wilayah Uni Eropa, ditandai dengan EU-Turkey Statement. Negara-negara Uni Eropa dianggap bertindak sebagai aktor rasional dan merupakan determinan utama dalam perubahan kebijakan Uni Eropa secara keseluruhan.