Abstract:
Invasi Amerika Serikat (AS) pada tahun 2001 memulai sejarah panjang intervensi AS di Afghanistan. Pada tahun 2002 – 2006, pemerintahan AS membentuk kebijakan untuk membangun negara yang baru saja berdiri pasca rezim Taliban, yang bernama Afghanistan Freedom Support Act. Bantuan berbentuk dana, logistik, infrastruktur dan pelatihan diberikan oleh pemerintahan AS kepada pemerintahan RIA agar tercipta keamanan dan stabilitas di Afghanistan. Di sisi lain, kelompok Taliban kembali mengancam keamanan Afghanistan dengan melancarkan serangan-serangan ke wilayah RIA. Konflik insurgensi antara RIA dengan Taliban pun terjadi, dengan AS sebagai pihak ketiga yang memberikan asistensi militer kepada RIA untuk melawan Taliban. Berdasarkan latar belakang tersebut, pertanyaan penlitian yang muncul dalam karya tulis ini adalah, “Bagaimana implementasi asistensi militer Amerika Serikat terhadap Republik Islam Afghanistan pada kebijakan Afghanistan Freedom Support Act dalam meredam pergerakan insurgensi Taliban di Afghanistan?”.
Perkembangan kapabilitas militer dapat dijelaskan melalui konsep kapabilitas militer yang dikembangkan oleh Ashley J. Tellis, dan peran asistensi militer dapat dijelaskan melalui konsep asistensi militer oleh John Hartmand. Realisme Klasik, Perang Insurgensi dan Kontrainsurgensi juga dijadikan teori acuan yang membantu penelitian. Penulis menggunakan metode kualitatif dan pengumpulan data secara studi pustaka, yang ditunjang dengan konsep sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitan.
Analisa dalam penelitian ini menghasilkan dua temuan utama. Yang pertama adalah terjadi peningkatan pada kapabilitas militer angkatan bersenjata RIA sejak tahun 2002-2006. Dan yang kedua, terjadi peningkatan pergerakan insurgensi Taliban di Afghanistan. Peningkatan serangan insurgen di wilayah RIA terjadi karena peningkatan yang terjadi pada kapabilitas militer RIA tidak cukup untuk meredam ancaman-ancaman yang ada di wilayah Afghanistan. Yang kedua, sesuai dengan teori kontrainsurgensi David Galula, pergerakan Taliban meningkat karena buruknya citra pemerintahan di masyarakat yang mendorong masyarakat untuk memberikan dukungan mereka terhadap Taliban dibandingkan pemerintahan RIA.