Abstract:
Konflik merupakan sesuatu yang sudah tidak asing di dalam kehidupan manusia, hampir setiap saat ketika menjalani kehidupan kita akan dihadapkan dengan satu konflik. Tidak hanya individu yang mengalami konflik satu dengan yang lainnya, entitas seperti negara pun tidak terhindarkan dari konflik. Konflik yang terjadi di satu negara dapat menyebabkan perpecahan satu negara. Akan tetapi konflik dapat dibuatkan resolusi dan mempersatukan kembali negara yang terpecahkan atau yang dinamakan sebagai reunifikasi. Akan tetapi resolusi konflik tidak selalu berjalan dengan lancar dan dapat berakhir dengan buruk. Salah satu contoh yang dapat dilihat adalah kegagalan reunifikasi Korea tahun 1972. Dalam penelitian ini identifikasi masalah yang akan dibahas adalah apakah identitas sosial berpengaruh dalam memicu kegagalan resolusi konflik antara Korea Selatan dan Korea Utara pada tahun 1972. Untuk mengindentifikasi masalah tersebut penulis akan memakai teori lima dimensi identitas nasional yang dicetuskan oleh Montserrat Guibernau. Hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini menunjukan bahwa identitas sosial memang berpengaruh dalam memicu kegagalan upaya resolusi konflik Korea untuk membentuk satu Korea pada 1972. Hal ini ditunjukan dari bagaimana lima dimensi dari identitas nasional yang terbentuk membuat prasangka yang mempengaruhi cara pandang antar satu dengan yang lainnya dan mempengaruhi pengambilan keputusan.