Abstract:
Dalam situasi konflik di Suriah, banyaknya aktor yang berkecimpung dalam konflik menjadi salah satu pemicu konflik Suriah. Aktor internasional yang bergabung dalam konflik Suriah memiliki kepentingan yang hendak dicapai. Tidak terkecuali Iran. Sebagai kawan lama Suriah, Iran menjadi pendukung utama kubu pemerintah Suriah, rezim Bashar al-Assad. Meskipun Iran dan Suriah sudah beraliansi sejak tahun 1982, keterlibatan Iran dalam konflik di Suriah tidak lepas dari pemenuhan kepentingan nasionalnya. Iran meyakini bahwa mempertahankan pemerintahan Assad di Suriah adalah salah satu cara Iran untuk bertahan di tengah isolasi dari negara-negara Arab dalam kawasan Timur Tengah. Selain itu, bangkitnya kelompok-kelompok radikal di Suriah juga mengancam kondisi keamanan Iran dalam teritorialnya.
Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan respon-respon Iran sebagai bentuk keterlibatannya pada konflik di Suriah. Penulis menggunakan teori Neo-Realism Kenneth N. Waltz dan menjelaskan kerangka kepentingan nasional Iran melalui konsep national interest dari Donald E. Nuechterlein. Melalui kerangka tersebut, penulis juga menganalisa intensitas kepentingan Iran dalam konflik di Suriah. Penelitian dengan metode kualitatif dan studi kepustakaan melalui buku, jurnal, dan media, menemukan bahwa keterlibatan Iran dalam konflik di Suriah ditunjukkan melalui tindakan dukungan finansial dan kemiliteran terhadap pemerintah Suriah, menjadi negara penjamin perundingan damai Perjanjian Astana, membangun proyek rekonstruksi di Suriah dan menandatangani kerjasama ekonomi dengan Suriah.