dc.description.abstract |
Kehadiran media sosial melahirkan sebuah bentuk komunikasi dan interaksi baru dalam
dunia Hubungan Internasional. Semenjak kehadiran internet, sosial media telah digunakan
sebagai salah satu cara untuk menyisipkan pesan dari kelompok kepentingan ke
masyarakat. Salah satu berita yang menyebar luas lewat sosial media adalah Islamophobia.
Penelitian ini menggunakan pertanyaan penelitian “Apakah Islamophobia di Amerika
Serikat merupakan agenda settings dari negara,” sebagai kerangka penelitian. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah; agenda settings, social networking sites dan kultur
partisipan, two step flow, dan Orientalisme dari Edward Said. Pendekatan Said terhadap
Islam dan Media yang meliputi hermeneutika dan latar belakang sejarah juga digunakan
dalam penelitian ini.
Peneliti kemudian menemukan bahwa Industri Islamophobia di Amerika Serikat memiliki
pendekatan yang berbeda dari segi aktor yang disebabkan oleh munculnya Donald Trump
sebagai key opinion leader. Agenda setting yang biasanya didukung oleh negara, sekarang
dapat dilakukan oleh beberapa aktor seperti pihak bisnis, pasar, dan kelompok
kepentingan. Trump juga memiliki andil yang penting dalam mempengaruhi sentimen anti-
Islam di masyarakat AS yang dapat dilihat dengan mempelajari tagar di Twitter. Lewat
penelitian ini juga ditemukan bahwa sentimen tweets Trump mempengaruhi cyber-
Islamophobia di kalangan pengguna Twitter Amerika Serikat.
Penelitian ini dapat memberi perspektif baru dalam memahami politik dan komunikasi
internasional di era digital. Penelitian ini menunjukan pentingnya analisa dan pemahaman
lebih lanjut mengenai fenomena hate speech di internet sebagai bentuk komuinkasi baru
dan alat politisasi. |
en_US |