Abstract:
Setiap tahunnya, jumlah kecelakaan lalu lintas di Indonesia selalu mencapai angka yang cukup tinggi dan menyebabkan banyaknya kematian serta kerugian materi. Oleh karena itu, perlu dilakukannya upaya pencegahan agar angka kecelakaan dapat berkurang secara signifikan. Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan adalah penurunan performansi mengemudi yang merupakan dampak dari kelelahan yang dialami pengemudi. Salah satu indikator kelelahan seseorang adalah rasa mengantuk. Rasa mengantuk ini dapat dihilangkan dengan beristirahat atau dengan tidur. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari kualitas tidur dan kondisi jalan terhadap tingkat kantuk dan kewaspadaan serta menentukan waktu istirahat yang tepat bagi pengemudi yang mengalami kekurangan tidur.
Penelitian ini dilakukan dengan simulator mengemudi dan melibatkan 8 orang partisipan dengan durasi simulasi selama 120 menit dalam laboratorium terkontrol. Setiap partisipan akan menerima 4 perlakuan yang terdiri dari kombinasi antara dua variabel independen. Masing-masing dari dua variabel independen memiliki 2 level yang terdiri dari kualitas tidur (baik dan buruk) dan kondisi jalan (monoton dan dinamis). Kedua variabel tersebut akan diuji untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat kantuk yang diukur secara objektif dengan Electroencephalograph (EEG) dan secara subjektif dengan Karolinska Sleepiness Scale (KSS), serta tingkat kewaspadaan yang diukur dengan Flicker Fusion System. Data gelombang otak partisipan dari EEG akan diolah menggunakan MATLAB R2009A untuk memperoleh nilai tingkat kantuk. Hasil data yang didapatkan akan diolah dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari variabel kualitas tidur, kondisi jalan, dan interaksi keduanya terhadap tingkat kantuk dan tingkat kewaspadaan. Lalu, akan diuji korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antar variabel.
Dari hasil pengujian ANOVA, didapatkan bahwa faktor kualitas tidur dan kondisi jalan berpengaruh terhadap tingkat kantuk dan tingkat kewaspadaan sedangkan interaksi antar kedua faktor tidak berpengaruh. Hasil pengujian korelasi menunjukkan tingkat kantuk dari EEG dengan KSS berkorelasi secara signifikan dengan kategori cukup, sedangkan tingkat kantuk dari KSS dan EEG dengan tingkat kewaspadaan tidak berkorelasi secara signifikan dengan kategori rendah. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi, pengaruh KSS terhadap tingkat kantuk dari EEG (Frontal) sebesar 26,3% dan pengaruh tingkat kewaspadaan terhadap tingkat kantuk (Frontal) sebesar 7,7%. Rekomendasi waktu istirahat yang dihasilkan untuk partisipan dengan kualitas tidur baik dan mengemudi di jalan monoton adalah setelah 1,5 jam, untuk partisipan dengan kualitas tidur baik dan mengemudi di jalan dinamis adalah setelah 1 jam 45 menit, untuk partisipan dengan kualitas tidur buruk dan mengemudi di jalan monoton adalah setelah 1 jam, dan untuk partisipan dengan kualitas tidur buruk dan mengemudi di jalan dinamis adalah setelah 1,5 jam.