Abstract:
Kelelahan yang dialami oleh pekerja di sektor perkeretaapiaan merupakan salah satu penyebab terbesar kecelakaan kereta api. Sejumlah penyebab seperti kekurangan tidur dan jalan yang monoton diduga berkontribusi terhadap tingginya tingkat kantuk dan rendahnya tingkat kewaspadaan sebagai kelelahan yang dirasakan oleh pengemudi kereta api. Hingga saat ini, sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mencari solusi pencegahan, tetapi belum banyak penelitian yang menyoroti istirahat sebagai salah satu penanganannya.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan simulator kereta api dan melibatkan 8 orang partisipan dengan durasi simulasi 120 menit. Setiap partisipan akan menerima 4 perlakuan yang terdiri dari kombinasi antara dua variabel bebas. Masing-masing dari dua variabel bebas memiliki dua level yang terdiri dari durasi tidur (2-4 jam dan 7-9 jam) dan kondisi jalan (monoton dan dinamis). Kedua variabel itu akan diuji untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas tingkat kantuk yang diukur dengan Electroencephalogram (EEG) dan Karolinska Sleepiness Scale (KSS) serta tingkat kewaspadaan yang akan diukur dengan Flicker Fusion. Kemudian, hasil pengukuran yang diperoleh akan diolah dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan Pearson Correlation.
Faktor durasi tidur dan kondisi jalan didapati memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kantuk dan tingkat kewaspadaan dengan a = 0,05. Namun, hasil interaksi dari kedua faktor itu didapati tidak berpengaruh secara signifikan. Partisipan yang mengemudi di kondisi jalan monoton saat kekurangan tidur (2-4 jam) dinyatakan memiliki tingkat kantuk tertinggi dan tingkat kewaspadaan terendah di antara 4 perlakuan yang diberikan. Kurangnya rangsangan pada otak dan tingginya aktivitas gelombang teta dalam otak yang timbul saat kelelahan berlangsung menjadi penyebab fenomena tersebut. Sementara itu, mengemudi di kondisi jalan dinamis baik dalam keadaan kekurangan tidur (2-4 jam) maupun cukup tidur (7-9 jam) diidentifikasi dapat berperan dalam menahan kenaikan tingkat kantuk dan menyangga kewaspadaan. Penelitian ini juga menghasilkan rekomendasi saat istirahat yang mempertimbangkan tingkat kantuk dan kewaspadaan. Partisipan yang kekurangan tidur disarankan untuk beristirahat setelah 1 jam mengemudi di jalan monoton atau dinamis. Sementara jika partisipan telah tidur cukup, istirahat dilakukan setelah 1,5 jam mengemudi di jalan monoton dan setelah 2 jam di jalan dinamis.