Abstract:
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat ini sedang berupaya mengembangkan mobil listrik city car generasi kedua, yang menggunakan konsep HI-DAS (Human Integrated Driver Asisstance System). Mobil ini memiliki kekurangan, yaitu absennya bunyi mesin dan getaran mesin ketika mobil beroperasi, yang dikhawatirkan menimbulkan kantuk bagi pengemudi. Dalam keadaan mengantuk, kewaspadaan pengemudi akan menurun dan memicu terjadinya kecelakaan. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan, diperlukan suatu sistem peringatan yang akan memberikan suatu stimuli kepada pengemudi untuk mengembalikan kewaspadaan pengemudi.
Penelitian untuk mengetahui jenis stimuli yang cocok bagi sistem peringatan kelelahan pengemudi dilakukan pada skala laboratorium. Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian berjumlah 12 orang dan berasal dari populasi mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR). Seluruh partisipan berjenis kelamin laki-laki dengan rentang usia 18-25 tahun dan telah memiliki sim A. Pengukuran tingkat kantuk dilakukan secara subjektif dengan menggunakan kuesioner Karolinska Sleepiness Scale (KSS) dan secara objektif dengan menggunakan Percentage of Eye Closure (PERCLOS). Pengukuran tingkat kewaspadaan dilakukan dengan menggunakan Critical Flicker Fusion Test. Partisipan akan mengemudi pada kondisi pre-lunch dan post-lunch, dan selama mengemudi partisipan akan diberikan tiga macam stimuli (visual, auditori, bimodal). Pengukuran performansi mengemudi dilihat dari kecepatan response time pengemudi ketika diberikan stimuli tertentu selama kegiatan mengemudi dilakukan. Uji statistika yang digunakan untuk melihat apakah faktor kondisi pre/post-lunch dan faktor jenis stimuli berpengaruh terhadap response time pengemudi adalah Uji ANOVA. Faktor yang berpengaruh akan diolah dengan menggunakan uji lanjut (Post-Hoc Test) untuk signifikansi antar level faktor.
Dari hasil pengolahan data, diketahui bahwa karakteristik pengemudi yang mulai mengantuk ditandai dengan persentase PERCLOS yang semakin meningkat, yaitu berada pada rentang 0,15 sampai 0,3. Dari Uji ANOVA, didapatkan hasil bahwa faktor kondisi pre-lunch dan post-lunch, pemberian stimuli, serta interaksi antara kedua faktor berpengaruh terhadap kecepatan response time pengemudi. Pada kondisi pre-lunch, jenis stimuli yang dapat mempercepat response time adalah stimuli bimodal. Pada kondisi post-lunch, jenis stimuli yang dapat mempercepat response time adalah stimuli auditori.