Pemeriksaan operasional pada aktivitas produksi untuk mengurangi tingkat kecacatan produk pada divisi pencelupan : studi kasus PT. SS

Show simple item record

dc.contributor.advisor Wirawan, Samuel
dc.contributor.author Jessica
dc.date.accessioned 2019-04-29T04:52:31Z
dc.date.available 2019-04-29T04:52:31Z
dc.date.issued 2019
dc.identifier.other skp37499
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/7880
dc.description 23535 - FE en_US
dc.description.abstract Perkembangan perekonomian di Indonesia semakin meningkat dengan adanya kemajuan teknologi di era globalisasi, sehingga tak heran apabila antar industri sedang mengalami tingkat persaingan yang sangat tinggi. Hal ini mendorong suatu perusahaan untuk menghasilkan barang yang bermutu sehingga kepuasan konsumen dapat tercapai. PT SS merupakan industri tekstil yang memiliki masalah berupa tingkat kecacatan pada produk pencelupan yang sudah mendekati batas kewajaran yang telah ditetapkan akibat aktivitas produksi yang tidak efektif dan efisien. Semakin banyak jumlah barang cacat dapat mengurangi tingkat kepercayaan pelanggan. Maka, diperlukan pemeriksaan operasional agar dapat mengetahui kelemahan dan mendapatkan solusi atas faktor-faktor yang menyebabkan kecacatan pada aktivitas produksi. Pemeriksaan operasional bertujuan untuk menilai kinerja perusahaan apakah sudah baik atau belum sesuai standar yang berlaku, mengidentifikasi masalah yang dapat diperbaiki, dan mengembangkan rekomendasi untuk diterapkan oleh perusahaan dalam mengatasi masalah yang bersangkutan. PT SS memiliki masalah kecacatan produk yang berasal dari kegiatan produksinya. Kegiatan produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output, termasuk di dalamnya aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan barang serta kegiatan lainnya yang turut mendukung perusahaan dalam menghasilkan suatu produk. Spoilage merupakan produk yang dihasilkan pada proses produksi, dapat berupa barang jadi maupun setengah jadi, yang tidak memenuhi spesifikasi pelanggan sehingga dibuang atau dijual dengan harga yang lebih rendah. Rework adalah unit produksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan konsumen, tetapi dapat diperbaiki dan dijual. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode studi deskriptif. Sumber data diperoleh dari data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi lapangan dan studi literatur. Data yang telah dikumpulkan peneliti adalah profil perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan, job description, data berupa jumlah kain grey yang dibeli, komposisi dan harga obat pewarna dan zat pendukung pencelupan yang digunakan pada proses pencelupan, biaya upah pekerja, biaya overhead untuk proses pencelupan, jumlah produk baik yang dihasilkan dari proses pencelupan, jumlah produk cacat yang dihasilkan dari proses pencelupan, data berupa harga jual produk baik, data harga jual produk cacat, jumlah kain yang dilakukan proses topping menjadi warna hitam, dan lamanya kain hitam mengendap di gudang. Berdasarkan hasil pemeriksaan operasional, Peneliti mengambil lima sample produk kain yang tingkat kecacatannya sudah melewati batas kewajaran PT SS. Kelima sample produk tersebut adalah kain BSY, CASANOVA, POLY KTN DDB, FERARI, dan RAYON DB L selama bulan Januari sampai dengan bulan September tahun 2018. PT SS memiliki kecacatan berupa grade B dan cacat afkir. Cacat grade B berupa warna belang dapat di-rework sedangkan cacat grade B karena noda oli dan salah warna akan dicelup menjadi warna hitam. Cacat afkir akan dijual dalam bentuk potongan dan harga per kilo. PT SS mengeluarkan biaya sebesar Rp. 82.488.397 untuk proses rework bagi cacat grade B berupa warna belang agar produk sesuai dengan pesanan pelanggan.PT SS mengeluarkan biaya sebesar Rp. 23.311.384 untuk proses rework bagi cacat grade B berupa noda oli dan salah warna agar produk dapat dijual menjadi produk kain berwarna hitam.Total kerugian atas cacat grade B berupa noda oli maupun salah warna sehingga kain hitam harus dilakukan proses rework sebesar Rp. 77.191.702 yang terdiri dari beban bunga pinjaman dan penurunan laba. PT SS menanggung penurunan laba Rp. 410.107.216 karena adanya produk cacat afkir pada yang tidak dapat dilakukan proses rework dan harus dijual dengan cara dikilo. Peneliti juga menemukan beberapa faktor yang menyebabkan kecacatan pada PT SS yaitu : faktor bahan baku berpengaruh sebesar 5%, faktor metode berpengaruh sebesar 45%, dan faktor manusia berpengaruh sebesar 50%. Rekomendasi yang diberikan peneliti antara lain melakukan isnpeksi kain grey, pemberian reward bila kartu proses produksi diisi lengkap dan dijaga dengan baik, perusahaan menambah karyawan untuk melakukan proses inspeksi, dan kebijakan bagi kepala bagian pencelupan untuk melakukan briefing dan evaluasi. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi - UNPAR en_US
dc.subject Pemeriksaan Operasional, Aktivitas Produksi, Kecacatan Produk. en_US
dc.title Pemeriksaan operasional pada aktivitas produksi untuk mengurangi tingkat kecacatan produk pada divisi pencelupan : studi kasus PT. SS en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM2015130085
dc.identifier.nidn/nidk 9900993398
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI604#Akuntansi


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account