Abstract:
Setiap manusia akan mengalami proses penuaan. Proses penuaan ini merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari. Berada pada masa lanjut usia (lansia) adalah salah satu siklus kehidupan yang akan dilewati oleh setiap manusia. Di masa penuaan ini, kelompok lansia mengalami penurunan fungsi terutama dari fungsi kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan cukup besarnya angka kesakitan kelompok lansia di Indonesia, yaitu 28.62% pada tahun 2015. Dengan kondisi kesehatan tersebut, lansia diharuskan mengkonsumsi obat-obatan secara rutin. Namun, lansia seringkali merasa kesulitan ketika mengoperasikan kemasan obat dikarenakan berbagai fungsi kognitif yang menurun. Penurunan dalam fungsi kognitif dapat menganggu proses konsseriumsi obat.
Penelitian ini melibatkan user dari kelompok lansia dengan umur 60 tahun keatas yang hidup secara mandiri tanpa adanya bantuan perawat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui beberapa hal yang dibutuhkan oleh lansia yang berkaitan dengan kemasan obat yang dibutuhkan oleh lansia untuk memudahkan mereka dalam pengoperasian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah participatory design. Konsep ini melibatkan lansia di setiap tahapan termasuk tahap desain sehingga lansia dapat terlibat secara aktif dalam perancangan kemasan obat yang diinginkan. Terdapat enam tahapan utama dalam penelitian ini. Tahapan yang pertama yaitu identifikasi kebutuhan user untuk mengetahui kesulitan lansia terhadap kemasan obat, identifikasi kebutuhan melalui proses wawancara. Tahap kedua yaitu pengujian kemampuan lansia dengan empat uji yaitu, uji tekanan/kekuatan jari, uji penglihatan, uji perabaan, dan uji eye-hand coordination, dilanjutkan dengan tahap ketiga yaitu perancangan alternatif konsep melalui design workshop, tahap keempat yaitu pembuatan low dan medium fidelity prototype, tahap kelima yaitu wawancara, dan tahap keenam yaitu perancangan perbaikan.
Hasil yang didapatkan dari penelitian adalah terdapat 4 macam alternatif kemasan obat yaitu dua kemasan obat sirup dan dua kemasan obat tablet. Keempat alternatif dapat memenuhi list of need dan keterbatasan lansia dari uji yang dilakukan. Untuk pengujian kekuatan jari dari rancangan konsep alternatif obat botol yang pertama mendapatkan persen sukses sebesar 90% dan rancangan konsep alternatif obat botol yang kedua sebesar 87%. Sedangkan untuk rancangan konsep alternatif kemasan obat strip yang pertama mendapatkan persen sukses sebesar 90% dan 83% untuk rancangan kedua. Untuk pengujian penglihatan, rancangan konsep alternatif obat botol mendapatkan persen sukses sebesar 90% dan 93% untuk rancangan obat strip. Keempat alternatif memiliki persen sukses yang sudah lebih dari standar 80%, maka dari itu keempat prototipe dinyatakan dapat memenuhi kebutuhan lansia dengan baik. Dari hasil wawancara, masih terdapat perbaikan pada warna kemasan, ukuran tulisan, dan sebagainya, sehingga dibuat perbaikan usulan dalam bentuk CAD.