Abstract:
Sebagai sebuah produk elektronik, laptop memiliki berbagai komponen penyusun, salah satunya baterai. Baterai laptop merupakan salah satu komponen yang apabila sudah tidak terpakai dan dibuang akan menjadi e-waste, dimana penumpukan jumlah e-waste dapat memberikan efek-efek negatif terhadap lingkungan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimasi penumpukan dan mengurangijumlah e-waste adalah dengan menerapkan reverse logistics. Namun pada praktiknya, penerapan reverse logistics di Indonesia masih jarang ditemui, khususnya untuk produk baterai.
Langkah awal yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi current forward logistics untuk baterai laptop, perilaku konsumen setelah baterai laptop usang dan dalam mendukung penerapan reverse logistics. Rancangan reverse logistics untuk proses ulang difokuskan pada pengembalian baterai bekas oleh konsumen. Evaluasi rancangan reverse logistics dilakukan pada aspek jarak, biaya, dan dampak lingkungan dengan membangun tiga buah skenario. Skenario pertama adalah pengembalian secara langsung oleh masing-masing dealer, skenario 2 adalah pengembalian terpusat dimana pusatnya adalah dealer dengan posisi terdekat dengan manufaktur. Sedangkan skenario 3 juga merupakan pengembalian terpusat dengan pusat yang didapat dengan metode Centre of Gravity. Ketiga skenario ini disimulasikan untuk mendapatkan skenario mana yang terbaik. Estimasi biaya, kecuali biaya proses produksi, pada skenario terpilih juga dilakukan untuk mengetahui laba atau rugi.
Rancangan yang diusulkan didapatkan dengan mengevaluasi jarak, biaya, dan dampak lingkungan yang paling minimum untuk ketiga skenario. Untuk mendapatkan hasil optimal, digunakan gabungan dari skenario-skenario yang ada. Dari segi jarak, total yang harus ditempuh adalah 8.143,5 km tiap minggu. Biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp. 2.421.082 tiap minggu. Dan dari segi carbon footprint, karbon yang dihasilkan adalah sebesar 1,95 ton per minggu.