Abstract:
PT Marga Jaya (MJ) adalah pabrik karet di Bandung yang memproduksi banyak produk, salah satunya karpet. PT MJ memiliki mesin-mesin yang cukup besar dan berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang pernah terjadi tidak hanya menimbulkan Luka ringan tapi juga bisa menimbulkan kecacatan permanen. Melalui pengalaman tersebut, perusahaan semakin sadar untuk selalu menanamkan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Tidak hanya karena pengalaman kecelakaan, ketidakberhasilan pabrik mendapatkan sertifikasi ISO juga memicu perusahaan untuk lebih peduli dengan K3 di dalam pabrik. Beberapa usaha perusahaan untuk membangun budaya K3 di PT MJ sudah ada. Saat ini PT MJ memiliki P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) untuk mengurus administrasi kecelakaan yang terjadi. Berdasarkan identifikasi, departemen yang memiliki kondisi bahaya yang cukup besar adalah departemen pressing dan giling. Kondisi bahaya antara lain ruangan berdebu, mesin yang panas, bau oli serta bahan kimia yang dapat mengganggu pernapasan, dan lain-lain. Walaupun dihadapkan pada kondisi bahaya yang cukup besar, kesadaran para pekerja untuk menjalankan aturan-aturan K3 sangat minim. Salah satu contohnya, banyak pekerja tidak mau menggunakan APO karena sudah terbiasa tidak menggunakannya. Kondisi bahaya dan kesadaran K3 yang minim adalah faktor terjadinya kecelakaan di PT MJ. Perlu peningkatan kesadaran K3 bagi para pekerja PT MJ.
Pendekatan yang digunakan untuk mengubah perilaku tidak aman menjadi perilaku aman adalah behavioral based safety (BBS) dengan metode DO IT. Metode ini terdiri dari Define, Observe, Intervene, dan Test. Pada tahap Define ditentukan perilaku yang menjadi fokus penelitian, hasilnya program perilaku penggunaan APO dan komitmen pihak management. Tahap Observe untuk mengamati perilaku yang sudah ditentukan, didapat skor awal percent safety score untuk program penggunaan APO departemen giling sebesar 3,85% dan pressing sebesar 3,33%. Skor visible safety leadership untuk komitmen pihak management sebesar 33,33%. Selanjutnya tahap Intervene untuk memberikan perbaikan-perbaikan yaitu pemasangan safety sign, himbauan dari kepala shift, penyediaan masker dan himbauan dari kepala SOM yang menghasilkan peningkatan skor setiap minggunya. Setelah itu intervensi yang diberikan di test efektivitasnya dengan percent safety score dan percent visible safety leadership. Setelah diberikan berbagai intervensi selama 4 minggu, pada departemen giling percent safety score meningkat menjadi 7,69%, di departemen pressing skor akhir sebesar 11, 11 %. Peningkatan kesadaran juga terjadi pada pihak management sehingga skor akhir meningkat menjadi 88,88%.