dc.contributor.advisor |
Heatubun, Fabianus Sebastian |
|
dc.contributor.author |
Sulistyo, Antonius Sigit |
|
dc.date.accessioned |
2019-03-18T04:29:32Z |
|
dc.date.available |
2019-03-18T04:29:32Z |
|
dc.date.issued |
2017 |
|
dc.identifier.other |
skp34259 |
|
dc.identifier.uri |
http://hdl.handle.net/123456789/7672 |
|
dc.description |
590-FF |
en_US |
dc.description.abstract |
Erich Fromm dalam pemikirannya tentang masyarakat yang sehat menyatakan bahwa sehat atau tidaknya masyarakat bergantung pada individu yang ada di dalamnya. Gawai dipegang dan dioperasikan oleh individu yang memilikinya. Individu tidak lagi memakai gawai sebagai alat yang memudahkan komunikasi. Ia jatuh pada ketergantungan, konsumeristik, individualistik, dan keterasingan. Ia menjadi individu yang sakit. Dampaknya kepada masyarakat yang sakit pula. Hal ini dipertajam dengan situasi masyarakat yang sakit dengan adanya kelas-kelas sosial. Seperti yang dikatakan Pierre Bourdieu. Kelas sosial disebabkan oleh cita rasa. Gawai menciptakan cita rasa sehingga membuat orang ingin selalu beada dekat dengan gawai. Ia menjadi tergantung. Individu menjadi sakit.
Ini potret situasi masyarakat masa kini. Masyarakat yang di dalamnya individu sangat tergantung pada gawai. Ia kehilangan relasi dengan yang lain. Muncul kelas-kelas sosial. Melalui pemikiran Erich Fromm, maka harus kembali pada hakekat manusia sebagai makhluk relasional. Tidak bisa terpisah dari yang lain. Menurut Pierre Bourdieu, harus kembali kepada habitus baru, yang tidak tergantung pada gawai. Pendidikan tentang makna dan manfaat gawai sejak usia dini. |
en_US |
dc.language.iso |
Indonesia |
en_US |
dc.publisher |
Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan |
en_US |
dc.title |
Kelas dan cita rasa dalam masyarakat yang sakit : dalam terang pemikiran Erich Fromm dan Pierre Bourdieu |
en_US |
dc.type |
Undergraduate Theses |
en_US |
dc.identifier.nim/npm |
2013510005 |
|
dc.identifier.nidn/nidk |
0420015701 |
|
dc.identifier.kodeprodi |
KODEPRODI612#Ilmu Filsafat |
|