Abstract:
Di era global ini persaingan dunia kerja sangat ketat. Peningkatan tenaga kerja asing di Indonesia cukup signifikan dengan adanya MEA. Hal ini menjadi ancaman bagi tenaga kerja Indonesia, karena menurut survey yang dilakukan oleh EF pada tahun 2017 Indonesia menempati posisi yang cukup buruk dalam kategori penguasaan bahasa Inggris sementara penguasaan bahasa Inggris dituntut oleh banyak perusahaan. Ini membuka peluang bagi jasa pendidikan di Indonesia khususnya kursus bahasa Inggris. Kursus Pembina Nusantara (KPN) adalah lembaga pendidikan bahasa yang didirikan di bawah payung Yayasan Pembina Nusantara. Untuk menjadi organisasi yang memiliki keunggulan kompetitif KPN perlu mengukur kinerja secara komprehensif. Pengukuran kinerja organisasi bertujuan untuk mendapatkan kondisi yang tepat tentang organisasi, sehingga mengetahui strategi yang tepat dan seberapa jauh strategi-strategi yang diterapkan manajemen itu berhasil. Namun, selama ini KPN mendapatkan ukuran kinerja dari penerapan strategi hanya melalui ukuran keuangan tanpa memperhatikan betapa pentingnya ukuran non keuangan untuk menjadi indikator keberhasilan penerapan strategi.
Balanced Scorecard sangat diperlukan sebagai alat bantu manajemen yang dapat mengukur kinerja organisasi secara keuangan dan non keuangan. Balanced Scorecard memiliki empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Setiap perspektif akan dibentuk sasaran strategis yang saling berhubungan dan menghasilkan ukuran-ukuran yang berkesinambungan. Seluruh sasaran strategis yang dibentuk berguna untuk mencapai outcomes yang ingin dicapai organisasi. Organisasi dapat mengurangi atau menyesuaikan perspektif yang ada sesuai dengan keadaan organisasi untuk mencapai yang diinginkan organisasi.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis, metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti untuk kemudian dianalisis sehingga dapat terlihat jelas gambaran mengenai objek yang diteliti dan menarik kesimpulan atas masalah-masalah yang dihadapi. Penulis menggunakan data primer dan data sekunder sebagai landasan dalam menganalisis permasalahan yang terjadi. Penulis melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi data dalam penelitian yang dijalani.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa KPN belum memiliki pengukuran kinerja yang dapat menjelaskan kondisi organisasi dan hanya menggunakan ukuran keuangan saja. Ukuran non keuangan belum menjadi kerangka dalam manajemen KPN dalam pengukuran kinerja organisasi, disebabkan kesadaran akan pentingnya ukuran non keuangan bukan prioritas KPN, sehingga ukuran-ukuran tersebut hanya menjadi awareness saja. Penulis menyusun Balanced Scorecard untuk organisasi. Melalui berbagai perspektif yang ada di dalam Balanced Scorecard dibentuk sasaran strategis dan menghasilkan ukuran-ukuran yang berkesinambungan dan memiliki hubungan sebab akibat. Terdapat perbedaan perspektif utama pada organisasi nirlaba dan perusahaan laba, sehingga dalam menyusun Balanced Scorecard untuk KPN penulis melakukan beberapa penyesuaian yang dirasa lebih cocok untuk digunakan dalam organisasi nirlaba. Dengan menggunakan Balanced Scorecard akan lebih mudah bagi organisasi untuk mengukur performa dan mengambil keputusan yang tepat untuk meningkatkan performa organisasi. Dari tingkat Top Management hingga level operasional harus berkomitmen dalam mengaplikasikan Balanced Scorecard, karena dibutuhkan waktu yang lama dan berkelanjutan, namun besar manfaatnya bagi organisasi dalam menciptakan keunggulan kompetitif.