Abstract:
Konflik dan peperangan Suriah mendorong penduduk untuk bermigrasi ke luar
dan mencari penghidupan baru di negara lain, salah satunya di Yordania, yang
menampung lebih dari 650.000 pengungsi Suriah. Para pengungsi Suriah mengalami
beberapa persoalan di Yordania di antaranya tidak mendapat perlindungan hukum,
terlibat konflik dengan penduduk lokal serta hidup dalam kemiskinan. Dalam kasus ini,
pengungsi perempuan Suriah juga menghadapi banyak persoalan sulit di Yordania,
seperti dibatasinya peran dan potensi dalam membantu kehidupan ekonomi dan sosial
keluarga; tradisi keluarga yang merugikan; pernikahan di bawah umur; serta menjadi
pelampiasan dari rasa frustasi akibat kemiskinan dan tempat tinggal yang tidak layak
sehingga terancam menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Kondisi tempat
tinggal yang tidak layak juga memicu tindak laku pelecehan dan kekerasan seksual
pada perempuan. Keterbatasan dan ketidakmampuan pemerintah Yordania
memberikan perlindungan hukum mendorong aktor internasional lain untuk ikut
mengatasi persoalan yang dihadapi pengungsi perempuan, yakni UN Women dan
Swedia. Oleh karena itu pertanyaan penelitian ini adalah: "Bagaimana kerja sama
antara UN Women dan pemerintah Swedia, melalui SIDA, dalam pemberdayaan
pengungsi perempuan Suriah di Yordania?" UN Women dan Swedia, yang memiliki
kesamaan pandangan dan tujuan, bekerja sama dalam perjanjian Strategic Partnership
Framework untuk memberikan bantuan finansial dan teknis secara langsung dan tidak
langsung terkait permasalahan pengungsi perempuan Suriah di Yordania.