Abstract:
Sebagai sebuah perusahaan multinasional, PT Freeport Indonesia Tbk. (PTFI) Telah berhasil menjalankan bisnisnya sebagai perusahaan tambang di Papua Barat, Indonesia selama lima puluh tahun sejak 1967. Saat ini, Freeport adalah perusahaan penghasil emas terbesar, dan penghasil tambang ketiga terbesar di dunia. Di sisi lain, Papua Barat sebagai sebuah wilayah yang terdiri dari provinsi Papua dan Papua Barat masih berjuang untuk berkembang sebagai sebuah wilayah. Penelitian ini berusaha untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai bagaimana operasi tambang Freeport mempengaruhi pembangunan Papua Barat.
Dengan menggunakan dependency theory milik Andre Gunder Frank, penelitian ini akan mencoba menjabarkan asumsi terkait hubungan eksploitatif antara Freeport dan Papua Barat sebagai bagian dari Indonesia. Frank menyatakan bahwa terdapat struktur monopolistik yang dibangun dari aktor metropolis yang mana dalam konteks penelitian ini adalah Freeport, serta Papua Barat sebagai aktor satelit. Penelitian ini menemukan bahwa Freeport memperoleh keuntungan berupa modal dan bahan mentah untuk produksi dari Papua Barat dan membawa dampak negatif pada masyarakat lokal dan lingkungan sekitar serta cenderung untuk memperlahankan struktur monopolis tersebut demi keuntungannya. Dengan demikian, usaha pemerintah Indonesia untuk bernegosiasi ulang mengenai Kontrak Karya (KK) Freeport yang mana bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh dari hasil tambang Freeport perlu didukung demi kemajuan Papua Barat, warga Papua Barat serta Indonesia.