Unfair Treatment China terhadap perusahaan multinasional Amerika Serikat dalam masa U.S.-China Strategic and Economic Dialogue tahun 2012 (2011-2014)

Show simple item record

dc.contributor.advisor Hartono, Adelbertus Irawan Justiniarto
dc.contributor.author Nauli, Bunga Putri
dc.date.accessioned 2018-07-12T01:10:27Z
dc.date.available 2018-07-12T01:10:27Z
dc.date.issued 2018
dc.identifier.other skp35930
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/6506
dc.description 8197 - FISIP en_US
dc.description.abstract Pemerintah China dalam U.S.-China Strategic and Economic Dialogue bulan Mei 2012 berkomitmen untuk mengembangkan lingkungan persaingan dan perlakuan adil pada setiap perusahaan tanpa diskriminasi termasuk pada perusahaan asing. Kesepakatan ini dilatarbelakangi oleh persaingan yang tidak adil dari kebijakan pemerintah yang dianggap mendukung SOEs (State Owned Enterprises) di pasar China. Penelitian ini mencoba menggambarkan U.S.-China Strategic and Economic Dialogue dan signifikansi perubahan setelah kesepakatan. Penelitian ini mengambil pertanyaan riset sebagai berikut: “Bagaimana Unfair Treatment terhadap Perusahaan Multinasional AS pada masa U.S.-China Strategic and Economic Dialogue Tahun 2012?” Untuk menjawab pertanyaan penelitian diatas, penulis menggunakan beberapa teori dan konsep. Pertama konsep MNC sebagai unit usaha melakukan ekspansi untuk mengejar keuntungan melintasi batas negara yang seharusnya diperlakukan non-diskriminatif. Kedua, State Owned Enterprises sebagai badan ekonomi yang asetnya dimiliki oleh negara. Ketiga, Unfair Treatment yaitu perlakuan yang tidak memberikan hal layak yang seharusnya suatu subjek dapatkan. Keempat, teori yang digunakan adalah State Capitalism bahwa pasar diorganisir oleh negara dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Kelima, teori Statisme yakni negara memonopoli secara absah dalam teritorialnya. Keenam, proteksionisme yang menjelaskan regulasi beberapa negara yang mencoba untuk memanipulasi perdagangan internasional dengan tujuan untuk menguatkan industri domestik dari pasar global. Ketujuh, Favoritism in State-Business Relations. Favoritism menyebabkan inefisiensi dan ketidakadilan karena meningkatkan biaya, resiko, dan hambatan bagi investor. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode kualitatif. Penelitian ini menemukan bahwa terjadi inkonsistensi antara kesepakatan dengan praktek yang terjadi. Inkonsistensi dapat terlihat pada perlakuan untuk perusahaan Ford, Visa dan MasterCard, serta Qualcomm. Hal tersebut disebabkan dua faktor. Pertama, karena SASAC telah mengartikulasikan sejumlah industri yang penting bagi keamanan ekonomi dan nasional China dan mengindikasikan bahwa industri strategis ini akan tetap sepenuhnya atau sebagian besar berada di bawah kendali pemerintah. Kedua, perusahaan asing harus berkompetisi dengan para pemain di industri China dimana perusahaan China tersebut merupakan pemain utama di negaranya karena prinsip national championship. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - UNPAR en_US
dc.subject Unfair Treatment en_US
dc.subject Perusahaaan Asing en_US
dc.subject SOEs en_US
dc.subject U.S.-China Strategic and Economic Dialogue en_US
dc.title Unfair Treatment China terhadap perusahaan multinasional Amerika Serikat dalam masa U.S.-China Strategic and Economic Dialogue tahun 2012 (2011-2014) en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM2014330125
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0430075901
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI609#Ilmu Hubungan Internasional


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account