Abstract:
Pada tahun 2014 pergerakan migran dari kawasan Timur Tengah menuju kawasan Eropa mengalami peningkatan yang signifikan akibat instabilitas politik yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Peningkatan jumlah migran terus terjadi hingga tahun 2015 mencapai puncaknya dengan lebih dari 1 juta migran memasuki kawasan Eropa. Pada tahun 2016 jumlah tersebut mengalami penurunan ke angka 300 ribu pengungsi. Kondisi arus migran yang deras menuju kawasan Eropa menempatkan Eropa dalam kondisi krisis. Dalam kondisi krisis tersebut IOM hadir untuk membantu pemerintah dan pihak-pihak yang berwenang di kawasan Eropa dalam menangani kondisi krisis ini.
Meskipun jumlah migran yang masuk ke kawasan Eropa berangsur-angsur makin berkurang, kondisi krisis migran di kawasan Eropa tidak begitu saja menjadi lebih baik. Meningkatnya kekhawatiran masyarakat terhadap kehadiran migran di wilayah negaranya bersamaan dengan arus migran yang cukup besar menjadi lahan subur bagi tumbuhnya xenophobia. Xenophobia atau ketakutan terhadap kehadiran orang asing menambah kompleksitas dari kondisi krisis migran ini.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana upaya yang dilakukan oleh IOM dalam menangani xenophobia yang terjadi dalam krisis migran di kawasan Eropa. Dalam menganalisa upaya IOM tersebut digunakan teori-teori organisasi internasional dan perspektif liberal institusionalisme.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa IOM berperan sebagai aktor dalam mempromosikan integrasi migran dan memerangi xenophobia. IOM juga berperan sebagai arena dalam mengadakan sidang dan diskusi yang membahas mengenai migrasi dan xenophobia. Peran IOM sebagai instrumen dapat dilihat dari dua sisi yaitu dalam skala global dan kawasan. Bila dipandang dalam skala kawasan Eropa, peran IOM sebagai instrumen bukan merupakan suara yang dominan, namun bila dipandang dalam skala global IOM tetap bertindak sebagai instrumen.