Abstract:
Penelitian ini ini menjelaskan kekerasan yang terjadi di Bangladesh pasca
perang kemerdekaan 1971. Kekerasan budaya dan identitas justru masih terjadi secara
berkelanjutan terhadap penyintas pemerkosaan dan Orang Bihari. Fokus utama
penelitian ini adalah untuk menjelaskan Faktor-faktor apa saja yang membuat
kekerasan di Bangladesh terjadi secara berkelanjutan. Menggunakan teori kekerasan
Johan Galtung sebagai unit analisis utama didapatkan bahwa kekerasan terjadi secara
berkelanjutan di Bangladesh karena tiga faktor. Pertama, membantah konsep tiga
variabel Alexander Wendt karena tidak adanya afinitas linguistik serta tidak
terbentuknya struktur sosial yaitu ketergantungan, sepenanggungan, dan kesamaan
identitas ketika Bangladesh menjadi bagian dari Pakistan. Kedua, corak kekerasan
budaya dan struktural seperti sistem negara yang tidak adil, diskriminasi terhadap ras
Benggala, serta gerakan bahasa yang menumbuhkan primordialisme di Pakistan Timur
memunculkan intimidasi dan ancaman. Kekerasan tersebut berkembang menjadi
perang kemerdekaan Bangladesh. Ketiga, kekerasan yang melatarbelakangi perang
kemerdekaan Bangladesh turut menimbulkan kekerasan struktural, budaya, dan
identitas setelahnya. Stigma dalam masyarakat terlegitimasi sehingga penyintas
pemerkosaan dan Orang Bihari masih mendapatkan kekerasan berkelanjutan hingga
kini.